KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak dari pandemi corona (covid-19) ikut menghambat sejumlah proyek dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Berdasarkan kajian dari Institute for Essential Service Reform (IESR), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi jenis EBT yang turut terhambat pengembangannya karena Corona. Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengungkapkan, hingga akhir tahun 2019 dan awal 2020 sebelum adanya pandemi, perkembangan PLTS baik itu yang berskala besar maupun PLTS Atap telah menunjukkan tren yang positif. Sampai akhir tahun lalu, total kapasitas terpasang PLTS telah mencapai 152 Megawatt (MW). Selain itu, PLN juga telah menghasilkan tender untuk proyek PLTS di Bali Barat dan Bali Timur berkapasitas 2x25 MW dengan harga di bawah US$ 0,059 per kWh. Menurut Fabby, keekonomian PLTS skala besar bertambah kompetitif dengan turunnya harga listrik lebih dari 40% dari proyek-proyek sebelumnya.
Terpapar dampak corona, pengembangan pembangkit listrik surya menjadi suram
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak dari pandemi corona (covid-19) ikut menghambat sejumlah proyek dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Berdasarkan kajian dari Institute for Essential Service Reform (IESR), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi jenis EBT yang turut terhambat pengembangannya karena Corona. Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengungkapkan, hingga akhir tahun 2019 dan awal 2020 sebelum adanya pandemi, perkembangan PLTS baik itu yang berskala besar maupun PLTS Atap telah menunjukkan tren yang positif. Sampai akhir tahun lalu, total kapasitas terpasang PLTS telah mencapai 152 Megawatt (MW). Selain itu, PLN juga telah menghasilkan tender untuk proyek PLTS di Bali Barat dan Bali Timur berkapasitas 2x25 MW dengan harga di bawah US$ 0,059 per kWh. Menurut Fabby, keekonomian PLTS skala besar bertambah kompetitif dengan turunnya harga listrik lebih dari 40% dari proyek-proyek sebelumnya.