KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) melaporkan pencapaian kinerja keuangan yang ciamik untuk triwulan pertama tahun 2022. INCO melaporkan pertumbuhan laba bersih yang solid sebesar 100,77% secara tahunan menjadi US$ 67,6 juta. Sebagai perbandingan, laba bersih INCO di periode yang sama tahun sebelumnya hanya sebesar US$ 33,69 juta. Secara kuartalan, laba bersih INCO naik 58% dari kuartal keempat 2021. Bersamaan, INCO mencatat pendapatan sebesar US$ 235,1 juta pada kuartal pertama 2022. Jumlah ini naik 13,81% dari pendapatan di kuartal pertama 2021. Namun, pendapatan di kuartal pertama 2022 12% lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan yang dicatat pada kuartal keempat 2021 sebesar US$ 266,7 juta.
Baca Juga: INCO Bangun Smelter Pomalaa dengan China, Kapasitas Pabrik Bisa Naik Tiga Kali Lipat Kenaikan kinerja INCO terutama didorong oleh harga nikel yang menguntungkan. Harga realisasi rata-rata untuk pengiriman nikel dalam matte adalah US$ 17.432 per ton, naik 13% dari harga pada triwulan keempat 2021 sebesar US$15.372 per ton. “Meskipun produksi lebih rendah karena sedang berlangsungnya pembangunan kembali tanur listrik 4, kami mampu menghasilkan EBITDA yang lebih tinggi, laba yang lebih tinggi, dan saldo kas yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,” terang Febriany Eddy, CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, Senin (9/5). Saldo kas yang kuat ini akan memungkinkan INCO untuk menjalankan rencana pertumbuhan saat ini dan yang akan datang. “Namun, mengingat volatilitas di pasar, kami tetap fokus untuk mengoptimalkan kapasitas produksi kami dan meningkatkan efisiensi operasi kami,” sambung Febriany.
Baca Juga: Ini Penyebab Produksi Nikel Vale Indonesia (INCO) Menurun di Kuartal I-2022 Asal tahu, INCO melaporkan jumlah produksi nikel matte sebesar 13.827 ton sepanjang kuartal pertama 2022. Realisasi ini menurun 9% secara year-on-year (yoy) dari produksi nikel matte pada kuartal pertama 2021 sebesar 15.198 ton. Realisasi produksi pada kuartal pertama 2022 juga menurun 19% dari produksi pada kuartal keempat 2021 sebesar 17.015 ton. Adapun INCO mempertahankan rencana produksi 65.000 ton nikel dalam bentuk matte di tengah tingginya harga nikel tahun ini. Meski pendapatan naik, INCO berhasil menekan sejumlah bebannya. Beban pokok pendapatan misalnya, menurun 7,8% dari semula US$ 154,81 juta pada kuartal pertama 2021 menjadi US$ 142,3 juta pada kuartal pertama 2022. Secara kuartalan, beban pokok pendapatan juga menurun 29% seiring menurunnya produksi secara kuartalan.
Baca Juga: Garap Smelter Pomalaa, Vale (INCO) Umumkan Kerja Sama dengan Perusahaan China Bersamaan, konsumsi High Sulfur Fuel Oil (HSFO), diesel dan batubara menurun dibandingkan dengan konsumsi pada triwulan sebelumnya. Ini sejalan dengan penurunan volume produksi akibat pelaksanaan pembangunan kembali tanur listrik 4. Namun, harga rata-rata HSFO, diesel dan batubara masing-masing meningkat sebesar 7%, 14% dan 14%. Asal tahu, bahan bakar minyak dan batubara merupakan beberapa item biaya produksi terbesar Vale Indonesia. Konstituen Indeks Kompas100 ini menghasilkan EBITDA US$ 116,2 juta dan menghabiskan sekitar US$ 42,3 juta untuk belanja modal atau
capital expenditure (capex) pada kuartal pertama 2022. Adapun Kas dan setara kas per 31 Maret 2022 dan 31 Desember 2021 masing-masing sebesar US$ 518,0 juta dan US$ 508,3 juta. “INCO senantiasa berhati-hati mengontrol pengeluaran untuk menjaga ketersediaan kas,” pungkas Febriany. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati