KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kondisi sulit, PT Tirta Mahakam Resource Tbk (TIRT) menyiapkan sejumlah langkah untuk pemulihan operasi dan kelangsungan usaha. Selain melaksanakan penghematan biaya listrik, TIRT juga memangkas jumlah karyawan untuk mengurangi beban operasional perusahaan. Presiden Direktur Tirta Mahakam Resource, Djohan Surja Putra menjelaskan pengurangan aktivitas produksi ini sebagai upaya mendukung program pemerintah dalam rangka peningkatan kewaspadaan terhadap penyebaran virus Corona.
Baca Juga: Saham big cap: HMSP naik 7 hari beruntun, BBCA, BBRI turun 5 hari berturut "Tirta Mahakam akan memantau dengan seksama perkembangan pandemi Covid-19 termasuk perkembangan penerapan PSBB baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah serta melihat proyeksi permintaan pasar dalam beberapa bulan ke depan," jelasnya dalam keterbukaan informasi, Senin (18/5). Adapun saat ini TIRT kapasitas produksi jikalau kondisi normal mencapai 64% tetapi karena kondisi sulit ini utilisasi pabrik mereka jadi 0% karena Tirta Mahakam menghentikan aktivitas produksinya. Djohan menyatakan Tirta Mahakam terpaksa melakukan pengurangan tenaga kerja (PHK) untuk menurunkan biaya operasional. Melalui data per 15 Mei 2020, TIRT telah PHK 654 karyawannya dan tercatat
resign sebanyak 13 karyawan. Adapun secara total jumlah karyawan, dari 778 karyawan saat ini hanya hanya tinggal 111 karyawan. Selain itu karyawan kontrak dan harian yang masih dipekerjakan sebanyak 83 karyawan.
Baca Juga: Harga saham BBCA turun cepek sehari (18/5), ini PER dan PBV-nya Djohan menegaskan sampai saat ini untuk karyawan atau buruh yang masih bekerja tetap menerima gaji dan tunjangan hari raya (THR) seperti kondisi normal. "Perseroan akan memprioritaskan eks karyawan untuk dipekerjakan kembali manakala kondisi sudah berjalan dengan normal," ungkapnya.
Lebih lanjut Djohan bilang strategi yang akan dilakukan TIRT untuk mempertahankan kelangsungan usaha dengan cara melakukan penjualan stok barang jadi maupun barang setengah jadi. Adapun mereka belum dapat menentukan
timeline mengingat adanya faktor ketidakpastian mengenai pandemi Corona. Djohan menjelaskan penerapan kebijakan
lockdown pada sejumlah negara menyebabkan turunnya permintaan bahkan terjadi pembatalan beberapa pesanan di 2020. "Adapun perkiraan penurunan kuantitas permintaan atas produk perseroan untuk
plywood,
polyester dan
blockboard masing-masing adalah 32,40%, 42,67% dan 100% sampai dengan periode Mei 2020," Kata Djohan.
Baca Juga: Dharma Satya Nusantara (DSNG) akan bagikan dividen Rp 52,29 miliar, berikut jadwalnya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi