Terratai Raih Pendanaan US$ 2 Juta dari UBS Optimus Foundation & Swiss Re Foundation



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terratai Matt Leggett, venture builder berbasis alam mengumumkan kemitraan dengan UBS Optimus Foundation dan Swiss Re Foundation. Kemitraan tersebut didukung pendanaan awal senilai US$ 2 juta untuk meluncurkan program di Indonesia, serta negara-negara di Asia Tenggara.

CEO dan Pendiri Terratai Matt Leggett mengatakan, dana tersebut akan dimanfaatkan untuk memberikan dukungan pada perusahaan rintisan dengan model bisnis kelestarian alam.

“Serta memberikan dukungan yang sesuai dan fasilitasi investasi rintisan yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan ini untuk tumbuh berkembang, dan membuka jalan ke aktivitas ekonomi yang memperhatikan kelestarian alam," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (24/11).


Baca Juga: Harga Emas Antam dan UBS Hari Ini (24/11) di Pegadaian Fluktuatif, Cek Updatenya

Adapun upaya yang dilakukan Terratai selama ini adalah pengukuran dampak perlindungan alam dan keanekaragaman hayati terhadap mitigasi karbon dan penghindaran emisi.

Selain itu, Terratai juga melakukan upaya untuk melindungi keanekaragaman hayati dan pengelolaan spesies, perlindungan dan pemulihan habitat, serta peningkatan layanan ekosistem.

CEO UBS Optimus Foundation Maya Ziswiler mengatakan, Indonesia ada di garis depan perjuangan global melawan perubahan iklim. Lebih dari setengah permukaan tanah Indonesia ditutupi oleh hutan.

"Kemitraan dengan Terratai sebuah contoh yang sempurna bagaimana kami menginkubasi usaha-usaha yang membawa dampak positif," sebutnya.

Baca Juga: Pembeli Sebulan Lalu Rugi 11% Efek Harga Emas Logam Mulia Antam Hari Ini

Senada, Director di Swiss Re Foundation Stefan Huber Fux mengatakan misi Terratai sejalan dengan komitmen perusahaan untuk membangun dunia yang lebih tangguh.

"Komitmen strategis kami untuk membangun bersama suatu ekosistem yang dinamis dengan peluang investasi untuk solusi yang memiliki dampak positif tidak hanya pada lingkungan tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal," ujar Stefan.

ASEAN memperkirakan bahwa populasi penduduk di Asia akan tumbuh hingga 770 juta pada tahun 2040, sehingga menambah beban ekosistem air dan daratan untuk produksi pangan populasi tersebut kelak.

Dengan proyeksi saat ini, Asia Tenggara bisa jadi akan kehilangan lagi 70% habitat alami dan 40% dari spesies yang ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli