KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan yang bergerak di bidang energi baru dan terbarukan (EBT), PT Terregra Asia Energy Tbk (
TGRA) telah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang berlokasi di Australia. Sekretaris Terregra Asia Energy, Christin Soewito mengatakan perusahaan memulai operasi satu PLTS dengan kapasitas 5 MW. “Jumat (12/7), PLTS dengan kapasitas 5 MW di Australia mulai beroperasi,” ujarnya pada Kontan, Sabtu (13/7). Saat ini TGRA mempunyai empat proyek PLTS di Australia dengan total kapasitas sebanyak 25 megawatt (MW), pengoperasian PLTS itu dilakukan dengan skema penjualan langsung ke
market.
Baca Juga: Terregra Asia Terus Memacu Energi Hijau Sementara untuk ketiga proyek lainnya masih dalam proses pembangunan dan mereka menargetkan
commercial operatioan date atau operasi secara komersial pada tahun depan. Kini progresnya ada yang dalam tahap mengakuisisi tanah dan ada yang mulai tahap
engineering design. TGRA menjalankan bisnis ini melalui Terregra Renewble PtyLtd di Melbourne Australia yang mana 100% sahamnya merupakan milik TGRA. Perusahaan mendirikan anak usaha ini untuk menangani proyek solar atawa
utility scale. Dalam catatan Kontan, TGRA merambah Australia lantaran memiliki tingkat radiasi matahari yang cukup baik sehingga serapan energi sinar matahari lebih maksimal dan tidak terlalu banyak regulasi sehingga dinilai lebih memudahkan dari sisi bisnis.
Baca Juga: Terregra Asia Energy (TGRA) peroleh pendapatan Rp 5,91 miliar pada Kuartal I-2019 Meski begitu bukan berarti mereka tak memperluas bisnis proyek PLTS ini ke dalam negeri, pada tahun ini TGRA juga mengincar beberapa proyek PLTS, salah satunya proyek PLTS dengan kapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Bali. “Untuk Indonesia, September 2018 ada satu proyek
waterboom di Bali, ini
rooftop proyek dengan skema B2B dengan jangka waktu 20 tahun,” imbuhnya. Christin menilai salah satu kelebihan dalam menggarap PLTS ketimbang pembangkit EBT lainnya adalah masa konstruksi yang pendek, yakni hanya dalam jangka tiga hingga enam bulan.
Baca Juga: Terregra Asia Energy (TGRA) optimis prospek bisnis EBT makin cerah Sementara untuk kendala di dalam negeri, sambungnya, peraturan pemerintah yang sampai saat ini masih dibahas. “(Untuk iklim investasinya) Kembali tergantung pada peraturan pemerintah terutama masalah besaran tarif,” katanya. Guna membangun proyek ini, ia bilang, TGRA membutuhkan investasi sekitar Rp 14 miliar hingga Rp 15 miliar atau US$ 1 juta per 1 MW. Pada tahun ini TGRA mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 500 miliar. Hingga Mei lalu sudah menyerap sebesar Rp 70 miliar. Nantinya, TGRA akan menggunakan Rp 375 miliar untuk proyek pembangkit listrik tenaga air, dan Rp 81 miliar untuk PLTS. Pada semester dua tahun ini, ia menambahkan TGRA fokus untuk mengawal proses pembangunan pembangkit listrik tenaga air ataupun PLTS.
Baca Juga: Terregra Asia Energy (TGRA) sudah serap capex sebesar Rp 70 miliar “Projek
hydro Batang Toru masih dalam tahap konstruksi, untuk Teunom saat ini penyelesaian
feasibility study,” katanya. Asal tahu saja, melalui anak usahanya yaitu PT Terregra Hydro Power (THP), TGRA memiliki 9 proyek PLTMH yang berlokasi di Aceh dan Sumatera Utara. TGRA membidik sembilan proyek PLTMH tersebut dapat beroperasi secara komersial bertahap sampai 2023 dengan kapasitas 500 MW. Untuk pembangunan PLTA Teunom 2 dan 3 di Aceh Jaya TGRA menggandeng Hyundai Engineering, untuk membangun pembangkit tersebut mereka harus mengeluarkan dana senilai US$ 800 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .