Tersengat tensi AS-China, rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan esok



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Munculnya beberapa sentimen negatif di pasar keuangan berpotensi kembali menekan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (13/5). Kondisi tersebut membuat permintaan investor akan dolar AS cenderung meningkat dan berpotensi menekan rupiah.

Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Selasa (12/5) rupiah ditutup melemah tipis 0,07% ke level Rp 14.905 per dolar AS dari penutupan sebelumnya. Sedangkan pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor menunjukkan kurs melemah 0,28% menjadi Rp 14.978 per dolar AS.

Baca Juga: Kurs rupiah stabil, lelang SUN Selasa (12/5) ramai peminat


Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengungkapkan, pergerakan nilai tukar rupiah pada perdagangan besok (13/5) berpotensi kembali tertekan. Adapun sentimen yang mendominasi pergerakan besok berasal dari eksternal. "Besok kembali melemah karena kembali hangatnya trade war antara AS dan China," kata Edwin kepada Kontan.co.id, Selasa (12/5).

Untuk itu, Edwin memperkirakan rupiah bakal bergerak di rentang Rp 14.840 per dolar AS hingga Rp 14.980 per dolar AS pada perdagangan Rabu (13/5). Tak jauh berbeda, Analis GK Investment Alwi Assegaf juga memperkirakan rupiah kembali melemah di kisaran support Rp 14.800 per dolar AS dan resistance di Rp 15.000 per dolar AS.

"Saat ini, investor cenderung mencari aset lindung nilai seperti dolar AS, di tengah meningkatnya ketegangan AS dan China. Ditambah lagi, ada kekhawatiran akan gelombang kedua dari Covid-19," ujar Alwi kepada Kontan.co.id, Selasa (12/5).

Baca Juga: Melemah tipis 0,07%, rupiah bisa menguat tipis pada perdagangan esok

Sebagaimana diketahui, beberapa negara mulai melonggarkan kebijakan lockdown seperti China, Jerman, Italia, hingga Malaysia. Namun, sejak dilakukan relaksasi lockdown, beberapa negara seperti Jerman dan China kembali mencatatkan kenaikan infeksi corona. Hal ini tentunya membuat pelaku pasar khawatir akan hadirnya gelombang kedua Covid-19 dan memilih mengamankan asetnya.

Di sisi lain, China dan AS yang sempat akur di awal tahun kini saling menyalahkan dan saling tuduh terkait penyebaran pandemi corona. Bahkan, AS siap mengancam untuk membatalkan kesepakatan dagang kedua negara yang berhasil dicapai awal tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati