Boleh dibilang, bakso adalah makanan sejuta umat. Hampir seluruh masyarakat Indonesia menyukai kudapan ini. Karena banyak penggemarnya, usaha warung bakso pun menjamur. Mulai dari gerobak bakso di tepi jalan hingga gerai di mal, bakso selalu menuai pembeli. Waralaba bakso pun ikutan booming. Alhasil jumlah mitra bakso juga bertambah dalam waktu singkat. Tahun lalu, KONTAN sempat mengulas beberapa waralaba bakso, seperti, Bakso Gepeng, Bakso Iga Sapi Surabaya, serta My Bakso. Sejauh ini, kemitraan warung bakso masih menggelinding. Berikut ini review sejumlah waralaba kedai bakso.• Bakso GepengSang pemilik, Mulyono, ternyata cukup jeli dan kreatif untuk memenangkan pasar dengan menciptakan varian bakso baru. Terbukti, banyak orang yang tertarik dan mencicipi bakso yang berbentuk gepeng ini. Namun, bentuk bakso yang pipih hanya menjadi salah satu daya tarik, soal rasa, Bakso Gepeng tetap juara. Mulyono tidak menggunakan boraks apalagi bahan pengawet pada baksonya. Selain itu, baksonya rendah lemak, sehingga aman dikonsumsi meski tengah menjalani diet. Klaim keunggulan dari Bakso Gepeng inilah yang memikat banyak orang untuk bermitra dengan Mulyono. Kini, mitra Bakso Gepeng telah mencapai 65. Padahal, ketika KONTAN mengulasnya, Juli 2010, baru ada 25 mitra. Pertambahan mitra yang sangat signifikan ini, menurut Mulyono, karena dirinya konsisten akan rasa dan bentuk baksonya. "Faktor lain terletak pada besar investasi bakso gepeng yang tidak besar, tapi menghasilkan profit yang cukup besar," jelas Mulyono. Meski mengalami pertambahan mitra yang cukup besar, Mulyono tidak menaikkan seluruh harga paket investasi Bakso Gepeng. "Harga yang berbeda hanya pada paket foodcourt karena menyesuaikan interior tempat. Harga paket Foodcourt menjadi Rp 35 juta dari Rp 25 juta, sedangkan harga paket Gerobak tetap Rp 20 juta dan paket Outlet masih sebesar Rp 40 juta. Tidak adanya kenaikan investasi merupakan strategi Mulyono untuk menambah jumlah mitranya. Mitra Bakso Gepeng pun sudah tersebar di Tangerang, Bogor, dan pelosok Jakarta. Ke depan, Mulyono akan menyasar Pulau Sumatra dan Kalimantan. Mulyono pun masih mematok target omzet mitra antara Rp 1 juta hingga Rp 3,5 juta per hari, dengan harga jual semangkuk bakso antara Rp 7.000 hingga Rp 8.000. "Tapi, itu tergantung pada lokasi mitra," tuturnya.Balik modalnya juga tidak membutuhkan waktu lama. Jika dalam satu bulan mampu meraih pendapatan sekitar Rp 45 juta, butuh waktu sekitar empat bulan untuk balik modal. Perhitungan itu dengan jumlah laba Rp 11,5 juta per bulan.Tidak mematok biaya royalti, Mulyono mewajibkan mitra untuk membeli bahan baku dari dapurnya. Minimal pembelian Rp 3,5 juta untuk 100 porsi bakso. Pengiriman bisa dilakukan setiap hari atau dua hari sekali. • Bakso Iga Sapi Surabaya Mengalami pergantian manajemen, Bakso Iga Sapi Surabaya yang sekarang dipimpin oleh Hendy Mustafa, mematok besar investasi lebih terjangkau. Namun, mereka tetap mempertahankan pangsa pasarnya, yakni kaum menengah, untuk meraih mitra lebih banyak.Jika sebelumnya besar investasi dari bakso Iga Sapi Surabaya berkisar ratusan juta, kini, Hendy justru menurunkan biaya investasi ini, kurang dari seratus juta. Rinciannya, paket untuk gerobak seharga Rp 50 juta, foodcourt sebesar Rp 75 juta dan untuk outlet Rp 95 juta.Langkah ini cukup berhasil. Hendy pun mendapatkan banyak mitra. Ketika KONTAN mengulasnya di tahun 2008, Bakso Iga Sapi Surabaya belum memiliki mitra. Namun, sekarang sudah ada 35 mitra yang tersebar di Surabaya. Mitra yang bergabung banyak yang memilih tipe outlet.Harga satu mangkuk Bakso Iga Sapi Surabaya berkisar Rp 10.000 hingga Rp 20.000. Harga yang relatif mahal ini karena proses pembuatan bakso bertahap. Untuk mendapatkan rasa iga sapi yang sangat khas, pembuatan harus melewati empat tahap perebusan iga sapi dan bakso. "Tujuannya untuk mengurangi kandungan lemak sebanyak 40%," kata Hendy yang mengklaim baksonya sama sekali tak memakai bahan pengawet. Pilihan rasa dari Bakso Iga Sapi Surabaya juga kian beragam. Jika sebelumnya hanya ada tujuh rasa sekarang telah bertambah menjadi 40 rasa. Dengan menjaga kualitas bakso ini, Hendy berharap mitra bakal mengantongi pendapatan sebesar Rp 60 juta setiap bulan. Maka perhitungan balik modal akan tercapai pada bulan keenam. Soal fee kemitraan, Hendy mematok besaran Rp 1 juta. Biaya ini dikutip jika mitra bisa meraup pendapatan Rp 60 juta. Namun jika lebih, fee yang dikenakan ditambah sebesar Rp 2 juta. Lantas, bagaimana jika tidak sampai Rp 60 juta? "Tidak ada, karena kami fokus pada penambahan mitranya terlebih dahulu," jelas Hendy. • My BaksoMengusung tagline rasa bintang lima, harga kaki lima, Ferdi Wijaya, franchisor My Bakso, mengklaim, bakso buatannya memiliki citra rasa dan kualitas yang tinggi. "Namun harga murahnya seperti yang dijual di warung kaki lima," kata Ferdi.Sejak mulai membangun usahanya tahun 2007, Ferdi hanya butuh waktu satu tahun untuk menawarkan waralaba. Jika pada Maret 2010, KONTAN sempat menulis mitranya berjumlah 40 orang, sekarang My Bakso sudah memiliki 60 mitra yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. "Usaha bakso masih tetap menjadi sebuah peluang usaha kuliner yang terus berkibar," klaim Ferdi bangga.Makin banyaknya peminat yang bermitra dengan My Bakso membuat Ferdi menambah jenis paket investasi. Sebelum ini, Ferdi hanya menawarkan dua jenis paket kemitraan, yakni paket seharga Rp 25 juta untuk jangka waktu selama lima tahun, dan paket seharga Rp 30 juta untuk pemakaian label My Bakso selamanya.Kini, Ferdi merombak paket kemitraan itu menjadi tiga buah. Yakni, paket franchise reguler dengan biaya investasi Rp 30 juta untuk jangka waktu lima tahun. Paket franchise plus biaya investasinya sebesar Rp 35 juta untuk jangka waktu selamanya. Yang terakhir adalah paket master franchise dengan biaya investasi Rp 100 juta dengan jangka waktu selamanya. Saat ini, jumlah master franchise My bakso sudah ada empat buah dan tersebar di Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatra Utara. Dari ketiga paket yang ditawarkan tersebut, mitra harus membayarkan royalty fee sebesar 5%.Bagi mitra yang memilih master franchise, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat. Misalnya, mereka boleh memiliki seluruh biaya investasi untuk tiga cabang pertama. "Syaratnya, mereka hanya perlu menyediakan seluruh peralatan yang dibutuhkan oleh mitra yang bergabung," ungkap Ferdi. Namun bila sudah melebihi tiga cabang, master franchise hanya mendapatkan 20% dari franchise fee, serta 50% royalti fee untuk cabang-cabang berikutnya. Selain itu, master franchise juga masih mendapatkan 15%-20% dari belanja bahan baku si mitra. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tersenyumlah, kemitraan warung bakso tetap idola
Boleh dibilang, bakso adalah makanan sejuta umat. Hampir seluruh masyarakat Indonesia menyukai kudapan ini. Karena banyak penggemarnya, usaha warung bakso pun menjamur. Mulai dari gerobak bakso di tepi jalan hingga gerai di mal, bakso selalu menuai pembeli. Waralaba bakso pun ikutan booming. Alhasil jumlah mitra bakso juga bertambah dalam waktu singkat. Tahun lalu, KONTAN sempat mengulas beberapa waralaba bakso, seperti, Bakso Gepeng, Bakso Iga Sapi Surabaya, serta My Bakso. Sejauh ini, kemitraan warung bakso masih menggelinding. Berikut ini review sejumlah waralaba kedai bakso.• Bakso GepengSang pemilik, Mulyono, ternyata cukup jeli dan kreatif untuk memenangkan pasar dengan menciptakan varian bakso baru. Terbukti, banyak orang yang tertarik dan mencicipi bakso yang berbentuk gepeng ini. Namun, bentuk bakso yang pipih hanya menjadi salah satu daya tarik, soal rasa, Bakso Gepeng tetap juara. Mulyono tidak menggunakan boraks apalagi bahan pengawet pada baksonya. Selain itu, baksonya rendah lemak, sehingga aman dikonsumsi meski tengah menjalani diet. Klaim keunggulan dari Bakso Gepeng inilah yang memikat banyak orang untuk bermitra dengan Mulyono. Kini, mitra Bakso Gepeng telah mencapai 65. Padahal, ketika KONTAN mengulasnya, Juli 2010, baru ada 25 mitra. Pertambahan mitra yang sangat signifikan ini, menurut Mulyono, karena dirinya konsisten akan rasa dan bentuk baksonya. "Faktor lain terletak pada besar investasi bakso gepeng yang tidak besar, tapi menghasilkan profit yang cukup besar," jelas Mulyono. Meski mengalami pertambahan mitra yang cukup besar, Mulyono tidak menaikkan seluruh harga paket investasi Bakso Gepeng. "Harga yang berbeda hanya pada paket foodcourt karena menyesuaikan interior tempat. Harga paket Foodcourt menjadi Rp 35 juta dari Rp 25 juta, sedangkan harga paket Gerobak tetap Rp 20 juta dan paket Outlet masih sebesar Rp 40 juta. Tidak adanya kenaikan investasi merupakan strategi Mulyono untuk menambah jumlah mitranya. Mitra Bakso Gepeng pun sudah tersebar di Tangerang, Bogor, dan pelosok Jakarta. Ke depan, Mulyono akan menyasar Pulau Sumatra dan Kalimantan. Mulyono pun masih mematok target omzet mitra antara Rp 1 juta hingga Rp 3,5 juta per hari, dengan harga jual semangkuk bakso antara Rp 7.000 hingga Rp 8.000. "Tapi, itu tergantung pada lokasi mitra," tuturnya.Balik modalnya juga tidak membutuhkan waktu lama. Jika dalam satu bulan mampu meraih pendapatan sekitar Rp 45 juta, butuh waktu sekitar empat bulan untuk balik modal. Perhitungan itu dengan jumlah laba Rp 11,5 juta per bulan.Tidak mematok biaya royalti, Mulyono mewajibkan mitra untuk membeli bahan baku dari dapurnya. Minimal pembelian Rp 3,5 juta untuk 100 porsi bakso. Pengiriman bisa dilakukan setiap hari atau dua hari sekali. • Bakso Iga Sapi Surabaya Mengalami pergantian manajemen, Bakso Iga Sapi Surabaya yang sekarang dipimpin oleh Hendy Mustafa, mematok besar investasi lebih terjangkau. Namun, mereka tetap mempertahankan pangsa pasarnya, yakni kaum menengah, untuk meraih mitra lebih banyak.Jika sebelumnya besar investasi dari bakso Iga Sapi Surabaya berkisar ratusan juta, kini, Hendy justru menurunkan biaya investasi ini, kurang dari seratus juta. Rinciannya, paket untuk gerobak seharga Rp 50 juta, foodcourt sebesar Rp 75 juta dan untuk outlet Rp 95 juta.Langkah ini cukup berhasil. Hendy pun mendapatkan banyak mitra. Ketika KONTAN mengulasnya di tahun 2008, Bakso Iga Sapi Surabaya belum memiliki mitra. Namun, sekarang sudah ada 35 mitra yang tersebar di Surabaya. Mitra yang bergabung banyak yang memilih tipe outlet.Harga satu mangkuk Bakso Iga Sapi Surabaya berkisar Rp 10.000 hingga Rp 20.000. Harga yang relatif mahal ini karena proses pembuatan bakso bertahap. Untuk mendapatkan rasa iga sapi yang sangat khas, pembuatan harus melewati empat tahap perebusan iga sapi dan bakso. "Tujuannya untuk mengurangi kandungan lemak sebanyak 40%," kata Hendy yang mengklaim baksonya sama sekali tak memakai bahan pengawet. Pilihan rasa dari Bakso Iga Sapi Surabaya juga kian beragam. Jika sebelumnya hanya ada tujuh rasa sekarang telah bertambah menjadi 40 rasa. Dengan menjaga kualitas bakso ini, Hendy berharap mitra bakal mengantongi pendapatan sebesar Rp 60 juta setiap bulan. Maka perhitungan balik modal akan tercapai pada bulan keenam. Soal fee kemitraan, Hendy mematok besaran Rp 1 juta. Biaya ini dikutip jika mitra bisa meraup pendapatan Rp 60 juta. Namun jika lebih, fee yang dikenakan ditambah sebesar Rp 2 juta. Lantas, bagaimana jika tidak sampai Rp 60 juta? "Tidak ada, karena kami fokus pada penambahan mitranya terlebih dahulu," jelas Hendy. • My BaksoMengusung tagline rasa bintang lima, harga kaki lima, Ferdi Wijaya, franchisor My Bakso, mengklaim, bakso buatannya memiliki citra rasa dan kualitas yang tinggi. "Namun harga murahnya seperti yang dijual di warung kaki lima," kata Ferdi.Sejak mulai membangun usahanya tahun 2007, Ferdi hanya butuh waktu satu tahun untuk menawarkan waralaba. Jika pada Maret 2010, KONTAN sempat menulis mitranya berjumlah 40 orang, sekarang My Bakso sudah memiliki 60 mitra yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. "Usaha bakso masih tetap menjadi sebuah peluang usaha kuliner yang terus berkibar," klaim Ferdi bangga.Makin banyaknya peminat yang bermitra dengan My Bakso membuat Ferdi menambah jenis paket investasi. Sebelum ini, Ferdi hanya menawarkan dua jenis paket kemitraan, yakni paket seharga Rp 25 juta untuk jangka waktu selama lima tahun, dan paket seharga Rp 30 juta untuk pemakaian label My Bakso selamanya.Kini, Ferdi merombak paket kemitraan itu menjadi tiga buah. Yakni, paket franchise reguler dengan biaya investasi Rp 30 juta untuk jangka waktu lima tahun. Paket franchise plus biaya investasinya sebesar Rp 35 juta untuk jangka waktu selamanya. Yang terakhir adalah paket master franchise dengan biaya investasi Rp 100 juta dengan jangka waktu selamanya. Saat ini, jumlah master franchise My bakso sudah ada empat buah dan tersebar di Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatra Utara. Dari ketiga paket yang ditawarkan tersebut, mitra harus membayarkan royalty fee sebesar 5%.Bagi mitra yang memilih master franchise, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat. Misalnya, mereka boleh memiliki seluruh biaya investasi untuk tiga cabang pertama. "Syaratnya, mereka hanya perlu menyediakan seluruh peralatan yang dibutuhkan oleh mitra yang bergabung," ungkap Ferdi. Namun bila sudah melebihi tiga cabang, master franchise hanya mendapatkan 20% dari franchise fee, serta 50% royalti fee untuk cabang-cabang berikutnya. Selain itu, master franchise juga masih mendapatkan 15%-20% dari belanja bahan baku si mitra. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News