Terseret aksi jual, IHSG berbalik arah sesi I



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah menuju zona negatif pada perdagangan sesi I, Jumat (31/3). Mengacu data RTI, indeks berakhir terkoreksi 0,06% atau 3,365 poin ke level 5.589,587.

Tercatat 164 saham bergerak naik, 130 saham bergerak turun, dan 90 saham stagnan. Volume perdagangan 5,64 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 3,60 triliun.

Lima indeks sektoral menahan pergerakan IHSG. Sektor barang konsumsi paling dalam penurunan 0,60%. Sedangkan sektor infrastruktur paling tinggi penguatan 0,34%.


Asing masih terlihat membukukan aksi belinya. Di pasar reguler, net buy asing Rp 34,404 miliar dan Rp 84,409 miliar keseluruhan perdagangan.

Saham-saham top losers LQ45 antara lain; PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) turun 5,26% ke Rp 324, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 2,20% ke Rp 1.780, dan PT Astra Agro Lestrasi Tbk (AALI) turun 1,65% ke Rp 14.900.

Saham-saham top gainers LQ45 antara lain; PT Vale Indonesia Tbk (INCO) turun 3,04% ke Rp 2.370, PT Hanson International Tbk (MYRX) turun 2,94% ke Rp 140, dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 2,51% ke Rp 13.250.

"Aksi jual saham oleh sebagian investor membuat IHSG kembali berada di area negatif. Namun, pelemahan IHSG itu relatif terbatas mengingat sejumlah sentimen positif domestik masih cukup kuat," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada dikutip dari Antara.

Ia menambahkan bahwa data ekonomi nasional yang sedianya akan dirilis pada awal pekan depan diantaranya berkenaan dengan laju inflasi, diproyeksikan masih stabil sehingga menahan tekanan IHSG tidak terlalu dalam.

Ia mengatakan bahwa pergerakan mata uang rupiah yang cukup stabil juga turut menjaga pasar saham, mata uang yang stabil dengan kecenderungan menguat menandakan ekonomi yang kondusif.

Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengemukakan bahwa Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada Maret secara tahunan (yoy) sebesar 3,81 persen atau lebih rendah dari inflasi tahunan bulan Februari sebesar 3,83 persen.

"Proyeksi inflasi Maret yang lebih rendah dari bulan sebelumnya itu menjadi salah satu indikator menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia dalam keadaan baik," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, sentimen mengenai laporan laba perusahaan tahun buku 2016 yag positif, diharapkan dapat membawa sentimen positif bagi pasar sehingga membuka peluang besar bagi IHSG untuk kembali menguat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto