KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tinggal satu bulan lagi waktu yang tersisa bagi bank umum untuk memenuhi ketentuan modal inti Rp 3 triliun dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bila merujuk laporan keuangan per September 2022, masih ada 18 bank yang belum penuhi ketentuan itu. Hingga, kini PT Bank Oke Indonesia berhasil memenuhi ketentuan ini melalui aksi rights issue. Lewat aksi ini, Bank Oke menerima setoran dana Rp 499,42 miliar sehingga modal inti per Oktober 2022 mencapai Rp 3,47 triliun. Sedangkan dua bank lainnya, Bank Prima Master dengan modal inti Rp 257 miliar dan Bank Indeks Selindo Rp 2,09 triliun per September 2022 belum mengumumkan aksi penguatan modal. Kontan.co.id sudah menghubungi manajemen, namun belum direspon hingga berita ini diturunkan.
Baca Juga: JTrust Bank (BCIC) Siapkan Sejumlah Strategi untuk Penuhi Aturan Modal Inti Sedangkan 15 bank lainnya, sudah mengumumkan ke publik untuk memenuhi ketentuan ini. Kebanyakan menggunakan skema rights issue, private placement, atau mencari investor baru maupun bank untuk akuisisi-merger. Namun, aksi ini dilakukan mepet ke tenggat akhir regulator. Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahaju menyatakan akan melakukan rights issue paling lambat pertengahan Desember 2022. Begitupun dengan PT Bank J Trust Indonesia Tbk dengan modal inti Rp 2,76 triliun per September 2022. Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank J Trust Helmi A Hidayat menyatakan telah menyiapkan tiga strategi dalam penambahan modal ini. Pertama, mencari investor potensial yang bersiap menyuntikan dana segar ke bank. Kedua, opsi melakukan merger dan akusisi dengan bank lain. Bila dua opsi ini tidak terpenuhi, maka pemegang saham pengendali akan melakukan penambahan modal. “Opsi pertama dan kedua memang sudah kami jajaki, sejauh ini belum ada belum titik temu dengan pemegang saham pengendali. Kami memberikan target hingga pertengahan Desember 2022, kalau belum dapat juga, maka pemegang saham utama akan menambah modal inti sekitar Rp 300 miliar,” ujar Helmi di Jakarta, Selasa (29/11). Ia menjelaskan, dana itu akan dikucurkan melalui skema dana setor modal, lalu BCIC akan menggelar rights issue pada 2023. Helmi menekankan rencana tersebut juga sudah disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca Juga: Tumbuh 8,55% hingga Oktober, Aset Industri Keuangan Non Bank Semakin Gemuk “Opsi satu dan dua itu sudah kami lakukan, sudah jajaki beberapa Bank BUKU 2 yang modalnya di bawah Rp 2 triliun. Tapi tetap kembali pada andil penjual dan pembeli, dan mereka rata-rata tidak hanya tawarkan ke kita tapi bank lain,” jelasnya. Ia mengaku, beberapa dari bank yang diincar tersebut telah diambil oleh investor baru seperti dari perusahaan teknologi. Helmi menjelaskan akan melanjutkan mencari partner ini di tahun mendatang. “Karena kita butuh partner tidak hanya penuhi modal inti Rp 3 triliun. Tapi saham JTrust Group itu sangat dominan, sehingga ada keinginan untuk cari kerja sama untuk kembangkan bank ini bisa lebih baik,” paparnya. Sedangkan Corporate Secretary Division Head PT Bank SBI Indonesia Nana Nurhasanah menyatakan State Bank of India sebagai pemegang saham pengendali berkomitmen untuk pemenuhan kewajiban modal inti. “Hal ini juga telah disampaikan oleh SBI kepada OJK pada 10 November 2022,” katanya. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengakui pada saat ini semua bank yang belum memenuhi modal inti sudah memiliki rencana aksi penguatan modal masing-masing. Ia pikirkan semuanya akan dapat memenuhi batas waktu akhir tahun ini. “Apabila ada bank yg tdk dapat memenuhi komitmennya akan kita minta memilih opsi merger, downgrade status menjadi BPR, atau likuidasi sukarela,” ujar Dian kepada KONTAN. Ia menyatakan terdapat berbagai manfaat dari penguatan permodalan. Bagi perbankan, bisa meningkatkan skala usaha Bank dalam rangka mendukung peningkatan kapasitas pengembangan bisnis Bank. “Serta di sisi lain juga memberikan semacam cushion and confidence bagi Bank untuk lebih baik lagi dalam mengelola usaha maupun risiko. Meningkatkan kemampuan daya serap risiko bisnis yang semakin tinggi dan bervariasi,” paparnya. Kemudian, mendukung dan memperkuat investasi teknologi dan peningkatan kemampuan SDM, membangun model bisnis yang lebih sophisticated. Ketiga, meningkatkan efisiensi serta daya saing Bank dalam lingkup nasional dan global. “Sedangkan dari sisi Regulator (OJK), penguatan permodalan Bank juga mendorong konsolidasi perbankan serta mempersiapkan conservation buffer dalam menghadapi berbagai ketidakpastian ekonomi global dan domestik,” tambah Dian. Sedangkan secara makro, konsolidasi perbankan ini akan memperkuat struktur pasar perbankan nasional, memperkuat stabilitas sistem keuangan. Juga memperkuat daya saing ekonomi Indonesia, dan meningkatkan kepercayaan (trust) kepada sistem perbankan Indonesia. Berikut upaya 15 bank lainnya dalam melakukan penguatan modal. Pertama, Bank Ganesha (BGTG) dengan modal inti Rp 2,15 triliun per September 2022. Berencana melakukan rigths issue 7,5 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 120 per saham. Sehingga, BGTG akan meraup dana sebanyak-banyaknya Rp 900 miliar.
Baca Juga: Pasar Modal Syariah Tumbuh Pelan, Begini Penjelasan OJK dan BEI Bank Ina Perdana (BINA) dengan modal inti Rp 2,32 triliun per September 2022. Berencana melakukan rigths issue 296,85 juta lembar saham dengan harga pelaksanaan berkisar Rp 3.600 sampai Rp 4.200. Sehingga dana yang diperoleh bisa mencapai 1,24 triliun. Bank Capital Indonesia (BACA) dengan modal inti Rp 2,08 triliun per September 2022. Bakal melakukan private placement 19,94 miliar. Bank Maspion (BMAS) dengan modal inti Rp1,34 triliun per September 2022. BMAS akan melakukan rigths issue 4,17 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 410 sehingga akan mendapatkan dana segar Rp 1,71 triliun. Bank Bisnis Internasional (BBSI) dengan modal inti Rp 2,13 triliun per September 2022. Akan melakukan rigths issue 367,47 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 2.480 per lembar saham sehingga akan meraup dana segar Rp 911,33 miliar. Bank Aladin Indonesia (BANK) dengan modal inti Rp 2 triliun per September 2022. BANK akan menggelar private placement 1,37 miliar saham baru. Bank digital syariah ini telah mengumumkan rencana private placement 1,37 miliar saham. Bank Neo Commerce (BBYB) dengan modal inti Rp 2,11 triliun per September 2022. BBYB berencana merilis 2,61 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 650 per saham sehingga target dana yang hendak dicapai Rp 1,7 triliun. Bank Victoria Internasional (BVIC) memiliki modal inti Rp 2,50 miliar per September 2022. BVIC berencana melakukan rights issue 4,95 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 130 - Rp 155 per saham. Sehingga potensi dana yang masuk Rp 768 miliar. Bank Oke Indonesia (DNAR) memiliki modal inti Rp 2,96 miliar per September 2022. Bank Oke telah melakukan rights issue dengan merilis 2,94 miliar saham baru dengan harga Rp 170 per lembar saham. Sehingga potensi dana yang diperoleh Rp 499,43 miliar. Bank India of Indonesia (BSDW) dengan modal inti Rp 2 triliun per September 2022. Bank berencana melakukan rights issue 1,38 miliar saham baru dengan harga Rp 200 per saham sehingga dana yang diraup mencapai Rp 1,39 triliun. Bank Amar Indonesia (AMAR) dengan modal inti Rp 1,83 triliun per September 2022. AMAR berencana menerbitkan 4,56 miliar saham baru dengan harga Rp 280 per saham sehingga dana yang diincar mencapai Rp 1,28 triliun. Bank MNC Internasional (BABP) dengan modal inti Rp 2,15 triliun per September 2022. BABP gelar rights issue 10,48 miliar saham.
Baca Juga: Eskpansi Kredit Bank JTrust Tumbuh Pesat, Cek Faktor Pemicunya Bank Nationalnobu (NOBU) dengan modal inti Rp 1,60 triliun per Juni 2022. NOBU akan merilis 681,81 juta lembar saham baru. Bank Bumi Arta (BNBA) dengan modal inti Rp 2,23 triliun per September 2022. Bank Bumi Arta akan menggelar rights issue di Semester kedua 2022. Bank Jtrust Indonesia (BCIC) dengan modal inti Rp 2,76 triliun per September 2022. Mencari calon investor baru, mencari bank untuk akuisisi maupun merger. Serta komitmen J Trust Co Ltd selaku pemegang saham pengendali berkomitmen untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum.
Bank SBI Indonesia dengan modal inti Rp 2,12 triliun per September 2022. State Bank of India selaku pemegang saham pengendali telah menyampaikan komitmen untuk memperkuat modal inti bank. Sebenarnya, selain 18 bank di atas, masih terdapat bank umum yang masih memiliki modal inti Rp 3 triliun. Mereka merupakan bagian dari kelompok usaha bank (KUB) sehingga modal inti yang dipersyaratkan cukup minimal Rp 1 triliun, di antaranya Bank Raya, BCA Syariah, Bukopin Syariah, dan Bank Panin Dubai Syariah. Lalu ada Bank Victoria Syariah yang menjadi bagian dari KUB Bank Victoria (BVIC). Namun saat ini, BVIC juga masih harus berjuang untuk mendapatkan modal inti minimum Rp 3 triliun agar tidak dipaksa merger hingga diminta melikuidasi diri bersama anggota KUB-nya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi