Tersulut hubungan AS dan China, harga minyak WTI kembali anjlok 1,6% pagi ini (8/9)



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah acuan lanjutkan pelemahan setelah ditutup pada level terendahnya sejak Juni 2020. Namun, sentimen negatif masih menghantui harga emas hitam ini, yang berasal dari prospek permintaan minyak dalam jangka pendek yang melandai dan kembali panasnya hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Mengutip Bloomberg, Selasa (8/9) pukul 09.15 WIB, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Oktober 2020 masih lanjutkan pelemahan setelah turun 67 sen atau 1,68% ke US$ 39,10 per barel

Namun, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman November 2020 naik 3 sen atau 0,1% menjadi US$ 42,04 per barel. Pada sesi sebelumnya, harga minyak acuan ini anjlok 1,5% dan berada di level terendah sejak 30 Juni 2020. 


Sentimen bagi harga minyak acuan masih berasal dari keputusan Saudi Aramco memangkas harga penjualan minyak mentah bulan Oktober karena konsumsi masih bertahan di bawah level sebelum pandemi virus corona terjadi. 

Baca Juga: Optimisme permintaan memudar, harga minyak anjlok setelah pemotongan harga Saudi

Bahkan dengan penurunan harga ini, hanya empat dari 10 kilang minyak Asia yang disurvei Bloomberg menyatakan berniat untuk membeli lebih banyak minyak dari Arab Saudi. Padahal, Asia menjadi konsumen terbanyak Arab Saudi secara wilayah.

Tekanan bagi emas hitam bertambah setelah Presiden AS Donald Trump kembali menyatakan niatnya untuk mengekang hubungan ekonomi antara AS dan China. Bahkan Trump mengancam akan memberikan sanksi kepada perusahaan AS yang menciptakan lapangan pekerjaan di luar negeri dan berbisnis dengan China. 

Walau sudah melontarkan ancaman tersebut, namun Trump belum menyebut kapan realisasi dari kebijakan ini akan diterapkan.

Selain itu, musim panas yang biasanya menjadi puncak permintaan minyak di AS pun sudah berakhir. DI saat yang sama, pasokan minyak diperkirakan akan bertambah karena pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC+ dianggap kurang untuk keadaan saat ini.

"Pemangkasan harga dari Arab Saudi hanya menunjukkan bahwa pemulihan permintaan bukan jaminan," kata analis komoditas Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar. 

Selanjutnya: Harga minyak sudah tergelincir 8,28% sejak awal bulan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari