Tertarik Investasi di SR019? Begini Saran Perencana Keuangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran Surat Berharga Negara Syariah (SBSN) jenis ritel seri SR019 laris manis. Bahkan pemerintah meningkatkan kuota pemesanan menjadi Rp 25 triliun.

Periode penjualan SR019 tinggal sepekan dan akan ditutup pada 20 September 2023. Hingga Rabu (13/9) pagi, penjualan SR019 mencapai total Rp 16,44 triliun, yang terdiri dari Rp 11,19 triliun untuk seri SR019T3 tenor tiga tahun dan Rp 5,25 untuk SR019T5 tenor lima tahun.

Financial planner & crypto enthusiast Aidil Akbar Madjid menilai, investasi pada produk SBSN memang cukup menguntungkan jika dibandingkan dengan deposito. Apalagi, nominal untuk masuk ke produk ini minimal bisa dari Rp 1 juta.


"Nominal berinvestasi di SBSN ini tidak besar karena minimal Rp 1 juta, sementara deposito minimal Rp 8 juta-Rp 10 juta," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (12/9).

Baca Juga: Pemerintah Tambah Kuota Penjualan SR019T3 Menjadi Rp 15 Triliun

Imbal hasil yang ditawarkan juga lebih tinggi dibandingkan dengan deposito. Imbal hasil tersebut disebut lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang hanya 3,5%-4%.

Sebagai pengingat, SR019T3 (tenor 3 tahun) dan SR019T5 (tenor 5 tahun) menawarkan imbal hasil, masing-masing 5,95% dan 6,10%.

"Jadi jika dibandingkan dengan deposito yang memiliki karakteristik yang sama, maka keuntungan berinvestasi pada produk ini sekitar 1%-2%," papar dia.

Baca Juga: Pemerintah Tambah Kuota SR019, Begini Pandangan Analis

Aidil melihat investor-investor yang cocok masuk ke produk ini apabila mencari instrumen dengan risiko rendah. Hal ini disebutnya juga dilihat dari jumlah Gen Z yang paling banyak berinvestasi pada instrumen rendah risiko ini.

Dia pun menyarankan investor yang masih ingin masuk ke pasar obligasi, untuk tipe konservatif porsinya bisa ditambah dengan rentang 60%-70%. Sementara sisa dananya bisa dialokasikan ke instrumen dengan risiko yang lebih tinggi.

"Untuk tipe agresif, bisa mengalokasikan dana 20%-40% dan sisanya dialokasikan kepada instrumen dengan risiko yang lebih tinggi," imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati