Tertekan kenaikan harga batubara, ini rekomendasi untuk saham emiten semen



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham semen masih banyak diliputi sentimen negatif, salah satunya berasal dari kenaikan harga batubara dan nilai tukar rupiah yang tergerus.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai pergerakan saham emiten semen masih akan sideways. "Kalau harga batubara naik, akan mempengaruhi kinerja emiten sektor semen, lantaran mereka banyak menggunakan batubara sebagai bahan bakar produksinya," kata Nafan kepada Kontan.co.id, Senin (8/10).

Namun, emiten semen yang telah menggunakan alternatif bahan bakar untuk produksi dinilai mampu menekan dampak negatif dari kenaikan harga tersebut. Sebaliknya, bagi emiten yang belum menerapkan bahan bakar alternatif, harus mencari strategi untuk efisiensi bisnis.


"Efisiensi perlu diterapkan, dalam rangka mengurangi beban operasional emiten sektor semen tersebut," jelasnya.

Apalagi, menurut Nafan hampir sebagian besar emiten semen saat ini mengandalkan batubara sebagai bahan bakar utama produksinya. Sementara beberapa emiten semen sudah melakukan mitigasi risiko, sehingga memiliki prospek yang lebih baik dibandingkan emiten semen lainnya.

Salah satu saham yang direkomendasikan untuk maintain buy oleh Binaartha adalah PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dengan target harga Rp 10.900 untuk jangka panjang. Prospek positif dapat dilihat dari volume ekspor yang naik 49,2% menjadi 306.117 ton per Agustus 2018.

"Ini mencerminkan upaya SMGR untuk mengurangi lemahnya penjualan domestik yang turun 2,7%. Di sisi lain, rupiah yang melemah, dapat dimanfaatkan untuk mendorong ekspor," ungkapnya.

Selain itu, SMGR juga berupaya menekan biaya dengan membeli batubara harga rendah, serta telah mengurangi ketergantungan penggunaan batubara. Hal serupa juga tampak pada PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) yang dalam jangka menengah masih dapat dilakukan cicil beli.

"Untuk jangka menengah Rp 17.850, jangka panjang Rp 20.200 dan masih bisa cicil atau akumulasi beli,"ujarnya.

Di lihat dari sisi fundamental, kedua saham emiten tersebut masih bisa mencetak laba bersih. Kalaupun terjadi penurunan laba, baik SMGR dan INTP bisa menerapkan langkah efisiensi yang mampu menjaga kinerja keuangan perusahaan tetap terjaga.

Sedangkan untuk PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), Nafan merekomendasikan investor untuk wait and see. Untuk masuk ke SMBR, sebaiknya menunggu pergerakan harganya kembali sideways.

Bagi pemilik saham PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) diminta untuk hold, karena secara teknikal indeks SMCB belum berhasil menembus level breakout pertama Rp 1.150. Jika itu berhasil ditembus, maka level breakout kedua Rp 1.360.

"Tapi saran saya, sekarang hold dulu, karena meskipun pola teknikal menguat, ada kecenderungan untuk kembali rebound. Apalagi secara fundamental SMCB mengalami penurunan dari sisi laba bersih," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti