Tertekan, Nilai Dolar Terus Melemah atas Yen



TOKYO. Nilai mata uang dolar terus melemah atas yen. Bahkan dalam seminggu belakangan, pelemahannya menyentuh level terendah. Hal ini diakibatkan adanya spekulasi bahwa melempemnya sektor perumahan dan pengetatan kredit di Amerika Serikat (AS) akan membawa perekonomian negara tersebut ke jurang resesi.

Pada pukul 09.34 pagi waktu Tokyo hari ini, nilai dolar atas yen melemah menjadi 101,55 yen dari 101,69 yen dibandingkan harga penutupan Jumat (17/10) di bursa New York. Bahkan pada 16 Oktober lalu, dolar sempat melemah menjadi 99,27 yen yang merupakan nilai terendah sejak 10 Oktober.

Selain itu, dolar juga terpeleset untuk pertama kalinya dalam empat hari belakangan versus euro dan bertengger pada level US$ 1,3444 dari US$ 1,3410. Sedangkan euro juga melemah atas yen menjadi 136,44 yen dari sebelumnya 136,21 yen. Pelemahan ini diakibatkan adanya kekhawatiran pasar bahwa Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Ben S Bernanke akan memprediksi adanya penurunan berkelanjutan dalam perekonomian pada saat pidatonya yang dijadwalkan hari ini.


Memang, pada September lalu, perekonomian AS dalam dua kuartal mendatang diprediksi akan semakin memburuk. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya tingkat pengangguran sehingga memicu rendahnya daya beli masyarakat. 

Nah, hari ini, tepatnya pukul 10.00 waktu Washington, Bernanke akan melakukan pidato pada House Budget Committee mengenai pandangan perekonomian dan pasar finansial. Pada 15 Oktober lalu, Bernanke bilang, sepertinya rebound dalam pertumbuhan AS tidak akan terjadi dalam waktu dekat dan memerlukan banyak waktu. Hal ini dapat terlihat dari upaya keras Pemerintah AS untuk melonggarkan pasar kredit yang saat ini semakin parah dengan kerugian yang terjadi pada kontrak derivatif kredit perumahan (mortgage).

Para analis menilai, pidato Bernanke hari ini sangat mempengaruhi pergerakan dolar terhadap mata uang tertentu. “Adanya komentar yang pesimistis akan perekonomian akan memukul nilai dolar lebih terpuruk lagi. Memang besar kemungkinan AS sedang berada dalam resesi,” jelas Masanobu Ishikawa, general manager Tokyo Forex & Ueda Harlow Ltd.

Catatan saja, para ekonom yang disurvei Bloomberg pada minggu pertama Oktober lalu mengatakan, dalam tiga bulan yang berakhir September, pertumbuhan perekonomian akan mengalami tekanan sebesar 0,2%. Bahkan pada akhir kuartal tahun ini, pertumbuhan ekonomi AS akan semakin menciut menjadi 0,8% saja. Menurut hasil survei tersebut, penurunan atas tingkat pengeluaran konsumen akan mengarahkan perekonomian ke resesi.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie