KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis asuransi umum semakin tertekan akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendapatan premi asuransi umum pada Mei 2020 senilai Rp 30,72 triliun. Nilai itu turun 6,48%
year on year (yoy) dibandingkan Mei 2019 yang senilai Rp 32,85 triliun. Kontraksi ini semakin dalam bila dibandingkan empat bulan pertama tahun ini. Hingga April 2020 penurunan hanya 4,89% yoy menjadi Rp 25,65 triliun. Padahal hingga April 2019 pendapatan premi asuransi umum mencapai Rp 26,97 triliun.
Baca Juga: Pendapatan premi tumbuh 20,99% pada Mei, Asuransi Bintang selektif di semester II Tekanan pada bisnis asuransi umum dibenarkan oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI). Direktur Eksekutif AAUI Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe memprediksi jika pandemi Covid-19 berlanjut sampai triwulan IV-2020, maka total premi asuransi Umum di akhir tahun 2020 diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif. “Bisa turun 15% sampai 25% dibandingkan tahun lalu.
Worst scenario bisa sampai minus 35%,” ujar Dody kepada Kontan.co.id pada Rabu (15/7). Menghadapi tekanan bisnis ini, Dody menyatakan ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh industri asuransi umum. Mulai dari segera melakukan penyesuaian dan bila perlu melakukan perubahan proses bisnis dengan implementasi teknologi digital. Juga melakukan kontrol biaya agar tercapai
effective and efficient operation cost. Selain itu juga melakukan seleksi underwriting dengan membatasi penerbitan Polis hanya untuk Lini bisnis yang
claim ratio rendah terkendali. “Serta meningkatkan kompetensi karyawan serta penerapan manajemen risiko yang baik,” tambah Dody. Tekanan bisnis telah dirasakan oleh PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) atau Jasindo pada Mei 2020. Direktur Pengembangan Bisnis Jasindo Diwe Novara menyatakan pendapatan premi Jasindo hingga Mei 2020 mencapai Rp 1,32 triliun. Nilai itu turun sebesar 14,55% di bandingkan tahun 2019 sebesar Rp 1,55 triliun. “Meski mengalami penurunan, ada beberapa segmen atau
class of business (cob) yang mengalami kenaikan. Misalnya cob aviation, engineering, marine hull, sedangkan cob yang mengalami penurunan yaitu kargo, properti, kendaraan, aneka,
bonding,
oil and gas, liability, personal accident, kesehatan dan kredit,” ujar Diwe kepada Kontan.co.id. Ia melanjutkan, pada tahun ini, Jasindo masih tetap optimistis mengejar ketinggalan akibat tekanan Covid-19. Oleh sebab itu, Jasindo menargetkan premi tahun 2020 sebesar Rp 4,93 triliun. Meski nilai itu turun 8,4% dari realisasi tahun 2019 sebesar Rp 5,39 triliun. Namun ada perusahaan yang masih mencatatkan kinerja positif. PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI) mencatatkan pendapatan premi senilai Rp 196 miliar hingga Mei 2020. Direktur Asuransi Bintang HSM Widodo bilang nilai itu tumbuh 20,99% secara
year to date (ytd) dibandingkan akhir 2019 senilai Rp 162 miliar. Ia menyatakan kinerja itu ditopang oleh lini bisnis properti dan rangka kapal. Selain itu pertumbuhan kinerja juga didukung oleh agen dan broker asuransi. Kinerja ASBI hingga lima bulan pertama 2020, mampu berada di atas kinerja industri asuransi umum. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pendapatan premi industri turun 6,48% yoy dari Rp 32,85 triliun menjadi Rp 30,72 triliun hingga Mei 2020.
Baca Juga: Cegah kasus Jiwasraya terulang, BPK rekomendasi 4 hal ke perusahaan asuransi BUMN ini “Properti tumbuh besar pada Maret dan April karena sejak awal PSBB banyak perusahaan asuransi yang WFH secara tidak
full jadi
response dan akseptasi lambat sekali. Sedangkan ASBI
full operation dengan WFH, jadi banyak terima bisnis baru,” ujar Widodo kepada Kontan.co.id. Menurutnya, kinerja rangka kapal naik lantaran adanya penambahan kapal baru dalam group Bintang. Selain itu, Widodo mengaku ASBI berhasil mengembangkan portofolio lini bisnis ini di area timur. Ia menilai bisnis asuransi kendaraan bermotor masih akan tertekan di tengah pandemi Covid-19. Ia melihat laporan Gaikindo dari produksi mobil ratusan ribu per bulan, kini tinggal 2600 di Mei 2020. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi