KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pekan ini. Sentimen dari eksternal membebani rupiah. Mengutip
Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.105 per dolar AS pada perdagangan Jumat (28/7). Rupiah melemah sekitar 0,51% dalam sepekan dan melemah 0,70% secara harian. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pergerakan rupiah di sepanjang pekan ini sebenarnya cenderung menguat terhadap dolar AS. Mata uang garuda sempat menguat di awal pekan akibat pengumuman Pemerintah China terkait pemberian stimulus, serta pengumuman FOMC.
Hanya saja, penguatan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir tertutupi oleh pelemahan di hari Jumat ini akibat sentimen dari penguatan Produk Domestik Bruto (PDB) AS serta penurunan US Initial Jobless Claims alias data klaim pengangguran AS. Data-data tersebut memberikan sinyal bahwa perekonomian AS masih memungkinkan untuk mengalami
soft landing.
Baca Juga: Loyo, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 15.083 Per Dolar AS Pada Jumat (28/7) PDB AS membukukan peningkatan 2,4% QoQ yang lebih tinggi dari ekspektasi 1,8% QoQ, dan lebih tinggi dari periode sebelumnya 2,0% QoQ. Sementara, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran turun 7.000 dari minggu sebelumnya menjadi 221.000 pada pekan yang berakhir 22 Juli. Angka tersebut terendah dalam lima bulan, dan jauh di bawah ekspektasi pasar di sekitar 235.000. “Sejak malam lalu, sentimen tersebut memang menjadi determinan utama apresiasi dolar AS terhadap mata uang global,” ungkap Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (28/7). Presiden HFX International Berjangka Sutopo Widodo menambahkan, berita ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan seperti data PDB kuartal II-2023, klaim pengangguran mingguan, serta penjualan rumah yang tertunda di bulan Juni telah meningkatkan imbal hasil Treasury Note dan mendukung dolar. Penjualan rumah tertunda AS bulan Juni secara tak terduga naik 0,3% secara bulanan, lebih kuat dari ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan 0,5% secara bulanan. Selain itu, pelemahan euro menjadi ruang
bullish untuk dolar. Setelah EUR/USD jatuh ke level terendah dua minggu karena komentar dovish dari Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde. “Indeks dolar AS mencapai level tertinggi dua minggu, sehingga memberikan tekanan pada rupiah,” kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (28/7).
Baca Juga: Kurs Rupiah Spot Melemah 0,70% ke Rp 15.105 Per Dolar AS, Jumat (28/7) Menurut Sutopo, rupiah kemungkinan melanjutkan pelemahan terbatas di pekan depan. Pelaku pasar akan mencermati laporan inflasi Indonesia pada hari Selasa (1/8) dan rilis data PDB untuk mencari arah pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari eksternal, pasar akan mencermati laporan pekerjaan AS pada pekan depan yang dinantikan oleh The Fed untuk menentukan kebijakan lanjutan, setelah pekan ini menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. USD/IDR diperkirakan berkisar Rp 15.000 per dolar AS–Rp 15.200 per dolar AS di pekan depan. Josua melihat data ADP Employment Change yakni data ekonomi yang menunjukkan perubahan pasar tenaga kerja AS akan menjadi penentu pergerakan pasar di pekan depan. Rupiah berpotensi menguat terbatas di kisaran Rp 15.000 per dolar AS–Rp 15.150 per dolar AS karena data ADP Employment Change diproyeksikan melemah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati