Terungkit akhir tahun, POLY membidik pertumbuhan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Catatan akhir tahun 2017 lalu rupanya cukup membekas bagi PT Asia Pacific Fibers Tbk. Berangkat dari kenaikan utilitas produksi per kuartal terakhir 2017, mereka melihat potensi pertumbuhan bisnis pada tahun ini.

Menurut catatan Asia Pacific Fibers, utilitas produksi kini sudah berada pada level 70%. Padahal sebelumnya, perusahaan berkode saham POLY di Bursa Efek Indonesia tersebut hanya memutar roda produksi dengan utilitas 58%–60%.

Kenaikan utilitas produksi Asia Pacific Fibers itu adalah efek dari penerapan aturan penghentian impor borongan barang teksti. Penerapan aturan tersebut menyebabkan permintaan produk hulu tekstil di pasar dalam negeri meningkat.


Asal tahu, Asia Pacific Fibers memproduksi polimer dan benang filamen. Masing-masing total kapasitas produksi terpasang kini sebesar 330.000 ton per tahun dan sekitar 197.000 ton per tahun. Lokasi pabrik mereka di di Karawang Jawa Barat dan Kendal, Jawa Tengah.

Tak cuma utilitas produksi yang meningkat, Asia Pacific Fibers mengaku capaian penjualan kuartal IV 2017 juga naik dalam periode quarter on quarter (qoq) atau dibandingkan dengan kuartal III 2017. Hanya saja, manajemen perusahaan belum bersedia mengungkapkan besar pendapatan yang dimaksud.

Yang terang, tahun ini Asia Pacific Fibers percaya diri mematok pertumbuhan pendapatan ketimbang tahun lalu. Dengan catatan, margin harga produk saat ini juga dapat terus bertahan. "Yang jelas 2017 sudah ada perbaikan sedikit, di tahun ini kami harus bagus, saya harap bisa tumbuh 6%–7%," kata Ravi Shankar, Presiden Direkur PT Asia Pacific Fibers Tbk kepada KONTAN, Senin (19/2).

Sembari mengejar pertumbuhan kinerja, Asia Pacific Fibers mengawal dua rencana lain. Selain melanjutkan restrukturisasi utang, perusahaan tersebut ingin mengaktifkan kembali lini produksi purified terephthalic acid (PTA) yang memiliki kapasitas terpasang 340.000 ton per tahun.

Asia Pacific Fibers sedang bernegosiasi dengan kontraktor pembangun pabrik PTA. Karena negosiasi masih berjalan, belum ketahuan proyeksi nilai investasi yang mereka butuhkan.

Dalam catatan pemberitaan KONTAN, Asia Pacific Fibers menghentikan produksi PTA sejak November 2015. Perusahaan itu lalu melakukan revamping atau perubahan fungsi mesin. Proses revamping memakan waktu sekitar 2,5 tahun. Menurut rencana, biaya revamping akan mereka penuhi dengan cara restrukturisasi utang.

Hingga Oktober 2017, Asia Pacific Fibers mengantongi pendapatan sebesar US$ 321 juta. Sebanyak US$ 269 juta dari pasar dalam negeri dan sisanya sebesar US$ 52,4 juta dari pasar ekspor.

Awal Desember 2017 lalu, Asia Pacific Fibers menyebutkan anggaran dana belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun ini mencapai US$ 7 juta, Capex itu untuk tahap awal. Mereka akan menggunakan mayoritas capex untuk meremajakan mesin dan meningkatkan teknologi produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi