Terus ada net sell, IHSG bisa menguat di awal pekan tapi melemah hingga akhir pekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak cenderung melemah pekan lalu. Mengutip data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), pada 21-25 September 2020, IHSG tercatat menurun 2,24% ke level 4.945,79 dari level 5.059,22 pada penutupan perdagangan Jumat (18/9).

Direktur Anugrah Mega Investama Hans Kwee, memperkirakan IHSG masih melanjutkan pelemahan pekan ini. "IHSG bergerak dengan level support di level 4.820 sampai 4.754 dan resistance di level 4.978 sampai 5.187 dengan kecenderungan melemah dalam sepekan ke depan," ungkap Hans dalam riset, Minggu (27/9).

Hans memperkirakan IHSG berpeluang menguat di awal pekan. Tapi, IHSG akan cenderung melemah di tengah sampai akhir pekan. 


Beberapa sentimen domestik yang memperberat IHSG seperti dana asing yang terlihat terus keluar dari bursa. Tercatat sudah 16 pekan asing terus mencetak net sell. Pekan lalu, net sell asing tercatat mencapai Rp 2,17 triliun. Sepanjang pengamatan Hans, selama tiga bulan terakhir asing melakukan penjualan Rp 28,39 triliun. Secara year to date (ytd) asing tercatat keluar hingga Rp 58,42 triliun. 

Baca Juga: IHSG berpeluang melanjutkan penguatan pada Senin (28/9)

Hal ini tentu bukan kabar baik, sebab investor asing memiliki 49,95% saham non-warkat atau scripless di BEI berdasarkan catatan KSEI. Terlihat investor lokal memang cukup kuat mengangkat indeks di tengah tekanan jual asing. Tapi kondisi ini tidak diketahui akan bertahan sampai berapa lama.

Faktor yang memicu  dana asing keluar adalah penanganan Covid-19 yang lemah dan kasus baru yang terus naik. Selain itu, berita revisi UU Bank Indonesia berpotensi menghilangkan independensi bank sentral. Pengalihan pengawasan industri keuangan dari OJK ke BI membuat dana asing deras keluar dari pasar keuangan Indonesia. 

Hans menambahkan, mengubah fondasi di tengah badai sangat berisiko merobohkan bangunan ekonomi Indonesia. Isu ini sudah berkontribusi pada pelemahan nilai tukar rupiah dan keluarnya dana asing dari pasar keuangan Indonesia beberapa pekan sebelumnya. 

"Rupiah yang melemah ditambah keluarnya dana asing membuat IHSG sulit menguat signifikan dan cenderung sideways sampai akhir tahun," ungkap dia.

Baca Juga: Pelemahan kurs rupiah diprediksi masih berlanjut hingga pekan depan

Adapun di  Jumat (25/9) yang lalu IHSG menguat didukung klaim pemerintah provinsi DKI Jakarta bahwa penerapan pengetatan PSBB berhasil menekan angka kasus baru Covid-19. Walau begitu, perpanjangan pengetatan PSBB sampai Oktober tetap menjadi sentimen negatif bagi pasar. "Biarpun PSBB ketat hanya diberlakukan di ibu kota Jakarta, tetapi Jakarta punya kontribusi besar pada perekonomian Indonesia sehingga berpeluang menekan perekonomian Indonesia," ujar dia. 

Sekadar informasi, selain sentimen domestik, IHSG juga akan dipengaruhi sentimen-sentimen dari global. Ada ketidakpastian politik Amerika Serikat (AS) menjelang pemilu di bulan November. Selain itu, data ekonomi AS cenderung menunjukkan tanda-tanda perlambatan pemulihan. 

Peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi di banyak negara turut menjadi sentimen negatif. Kekhawatiran gelombang kedua Covid-19 mendorong beberapa negara di Eropa seperti Inggris, Jerman, dan Prancis melakukan pembatasan baru. Begitu juga dengan Spanyol yang merekomendasikan penerapan lockdown di kota Madrid setelah kasus melampaui 700.000 dan merupakan jumlah tertinggi di negara kawasan Eropa Barat. Menurut Hans, rencana lockdown ditambah dukungan fiskal yang lebih sedikit serta likuiditas yang berkurang akan membebani kinerja kuartal ke empat berbagai negara. 

Baca Juga: Hasil Investasi Asuransi Jiwa di Semester I-2020 Minus Rp 20,97 Triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati