KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Blue Bird Tbk (BIRD) akan menambah 5.000 unit kendaraan pada tahun ini. Dari jumlah tersebut, setidaknya 500 unit merupakan kendaraan listrik yang akan mendukung pelaksanaan KTT G20 di Bali. Upaya mendatangkan mobil listrik adalah upaya untuk menjadi perusahaan yang memiliki visi keberlanjutan di usaha ke 50 Tahun. Untuk mendukung pengadaan 5.000 unit kendaraan, Blue Bird mengalokasikan dana belanja modal atau
capital expenditure (capex) senilai Rp 1,2 triliun tahun ini. Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono menyebutkan, saat ini Blue Bird sudah mengoperasikan total 23.000 unit kendaraan. Wilayah operasional mereka menyebar di Jadetabek, Cilegon, Medan, Manado, Bandung, Palembang, Padang, Pangkalpinang, Batam, Bali. Kemudian Lombok, Semarang, Surabaya, Pekanbaru, Makassar, Balikpapan, Solo dan Yogyakarta.
"Wilayah yang paling besar mendatangkan
revenue adalah Jawa," ungkap dia dalam saat acara editor gathering, Selasa (7/6). Sigit menjelaskan, dari penambahan 5.000 unit kendaraan, Blue Bird menyiapkan 500 di antaranya kendaraan listrik. "Terkait merek, belum tahu apakah Tesla atau yang lain, nanti tunggu saja," ujar dia. Manajemen BIRD belum bisa mengalkulasi porsi pembelian kendaraan listrik dari total belanja modal Rp 1,2 triliun pada tahun ini. Hal tersebut lantaran mobil listrik didatangkan utuh atau CBU dari negara asal. Namun yang pasti, Blue Bird akan mengarahkan penggunaan kendaraan listrik untuk mendukung pelaksanaan KTT G20 di Bali. Dengan menyediakan taksi mobil listrik, menurut Sigit, Blue Bird berupaya terus melakukan transformasi di usia mereka yang menginjak 50 tahun pada 2022. BIRD mengklaim menjadi pionir dalam pengadaan taksi listrik. "Kami memang ingin yang pertama, karena memang trennya ke arah sana," ungkap dia. Wakil Direktur Utama PT Bluebird Tbk, Adrianto Djokosoetono menyatakan pihaknya memiliki Visi keberlanjutan 50:30 Bluebird yang diluncurkan pada 20 April 2022, di bawah pilar BlueSky, yang menopang upaya Perseroan dalam berkontribusi bagi perbaikan lingkungan hidup dan juga pilar BlueLife, yang menopang utama Perseroan dalam berkontribusi bagi perbaikan kualitas hidup manusia. Kata dia, dalam visi keberlanjutan tersebut, perusahaan menetapkan komitmen untuk mengurangi emisi dan buangan operasional sebanyak 50% hingga tahun 2030. Komitmen ini ditopang oleh 3 pilar utama, yaitu BlueSky, BlueLife, dan BlueCorps sebagai landasan rencana dan target kinerja keberlanjutan hingga tahun 2030. “Di usia ke- 50 tahun ini Bluebird berharap dapat senantiasa berkontribusi dalam menciptakan perbaikan kualitas lingkungan dan kehidupan sosial di Indonesia melalui berbagai kegiatan di bawah pilar
sustainability vision, serta lebih lanjut dapat mengajak masyarakat Indonesia untuk turut berperan serta dalam menciptakan setiap kilometer yang berarti," ucap Andre. Selain kendaraan listrik, Blue Bird memiliki kendaraan berbahan bakar compressed natural gas (CNG). Bahan bakar CNG juga ramah lingkungan. "Kami sudah menghemat BBM ratusan liter dengan kendaraan listrik dan CNG tersebut," urai Sigit. Selain terus beradaptasi dalam pengadaan kendaraan, Blue Bird juga bekerja sama dengan berbagai pihak, khususnya taksi di daerah. Saat ini BIRD menjalin kerja sama taksi di Bandung dan Yogyakarta. "Jika melihat ada taksi di Bandung dan di bawahnya ada nama perusahaan, tetapi labelnya Blue Bird, itu kami bekerja sama," terang Sigit. Optimistis Tumbuh Blue Bird berupaya untuk tumbuh bersama dengan para mitra di daerah. Langkah ini menjadi strategi perusahaan agar bisa bermanfaat bagi banyak pihak. "Sejak pandemi Covid-19, kami mengubah strategi, salah satunya bermitra. Kami ingin bersama-sama tumbuh, tidak bisa tumbuh sendirian," ungkap Sigit. Kinerja keuangan Blue Bird di kuartal I-2022 juga sangat baik. Selama tiga bulan pertama tahun ini, BIRD meraih pendapatan Rp 673,98 miliar, atau naik 40,40% dibandingkan pendapatan di periode yang sama tahun lalu. Bahkan Blue Bird berhasil membalikkan posisi rugi bersih menjadi laba bersih pada periode Januari-Maret 2022 senilai Rp 47,14 miliar. Di periode yang sama tahun lalu, BIRD masih menanggung rugi Rp 28,25 miliar. Hingga saat ini, Blue Bird terus menunjukkan kinerja positif dan tetap optimis dapat mengatasi dampak gelombang ketiga pandemi terhadap pendapatan perusahaan. Sigit tak menampik, berbagai kebijakan pemerintah turut mendukung upaya pemulihan bisnis, seperti relaksasi kebijakan mobilisasi masyarakat dan pariwisata, terutama melalui moda transportasi udara yang memberikan dampak signifikan terhadap bisnis Blue Bird. BIRD sudah kembali mengunci kontrak dari beberapa sekolah internasional untuk penjemputan anak. Ada pula pertumbuhan Cititrans yang cukup baik. Blue Bird mengakuisisi Cititrans pada tahun 2019. "Ini memang paling unik, Cititrans turun paling cepat saat pandemi, tetapi ketika sudah recovery, tumbuh paling tinggi," ungkap Sigit. Berinovasi Tanpa Henti Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono menyatakan bahwa sejak didirikan 50 tahun lalu, seluruh aktivitas dan inisiatif Bluebird selalu didorong oleh visi untuk membawa kebahagiaan bagi seluruh pemangku kepentingannya. “Dengan senantiasa mengutamakan kebutuhan pelanggan serta seluruh pemangku kepentingan, Bluebird berkomitmen untuk terus beradaptasi mengikuti kebutuhan utama masyarakat di era digitalisasi dan memastikan perusahaan selalu menyediakan produk dan layanan yang berstandar tinggi, aman, nyaman, dan dapat diandalkan,” ujar Sigit. Memayungi seluruh inovasi dan transformasi perusahaan, Bluebird telah mengembangkan sistem Mobility-as-a-Service (MaaS), dengan 3 pilar inti layanan yaitu: Multi- Channel (aksesibilitas), Multi-Payment (metode transaksi), dan Multi-Product (multi-layanan). Sistem ini adalah saluran digital bersama yang memungkinkan pengguna untuk merencanakan perjalanan, melakuka reservasi layanan, serta membayar berbagai jenis layanan mobilitasnya. Tujuannya tidak lain untuk menciptakan ekosistem layanan transportasi terintegrasi dan memperkuat posisi perseroan di industri transportasi di era digital saat ini. Inisiatif ini dibangun di atas platform berbasis cloud yang berfungsi sebagai orkestrator ekosistem layanan transportasi darat terintegrasi termasuk: sistem pengiriman armada (dispatching system) yang tersentralisasi; perangkat IoT di semua armada; aplikasi seluler dan web untuk pelanggan, pengemudi dan staf; integrasi dengan mitra menggunakan API; gudang data terpusat dan modern; machine learning dan AI; dan masih banyak lagi. Selain transformasi bisnis, Bluebird secara konsisten juga terus melakukan peningkatan layanan dan aset fisik seperti pemeliharaan dan peremajaan armada, peningkatan kualitas dan keahlian SDM, dan kualitas protokol kesehatan sesuai prosedur kesehatan yang berlaku. Sigit menjelaskan lebih lanjut bahwa pada kuartal pertama 2022, Bluebird berhasil membangun fundamental bisnis Perseroan pasca pandemi yang kuat dalam menyambut potensi industri transportasi ke depan. Hal ini dibuktikan dari kinerja positif Perseroan yang membukukan pendapatan sebesar Rp 674 Miliar, atau naik sebesar 40,4% dari Rp 480 Miliar di periode yang sama tahun lalu. EBITDA Perseroan (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) juga mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu sebanyak 89% menjadi Rp 149 Miliar pada kuartal pertama 2022. Di bulan Maret, sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat, Perseroan mencatatkan rebound pendapatan yang jauh melampaui pencatatan bulan Januari. Kuartal pertama 2022 juga menandai pertumbuhan positif dua kuartal secara berturut-turut sejak pandemi melanda di bulan Maret 2020. Di periode ini, Bluebird membukukan pertumbuhan laba kotor sebesar 26,1% pada kuartal I-2022 dibandingkan kuartal I-2022, di mana pasar mobil bekas juga menunjukkan penguatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada kuartal pertama ini, Perseroan membukukan pertumbuhan total pendapatan dari penjualan aset tidak lancar (mobil bekas) sebesar 39% dibandingkan Q1 2021.
Kata dia, hingga saat ini, Bluebird terus menunjukkan kinerja yang positif dan karenanya tetap optimis bahwa Bluebird dapat mengatasi dampak gelombang ketiga pandemi terhadap pendapatan perusahaanmelalui kinerja Perusahaan dalam tiga kuartal ke depan. Berbagai kebijakan pemerintah turut mendukung upaya perbaikan yang dilakukan, seperti relaksasi kebijakan mobilisasi masyarakat dan pariwisata, terutama melalui moda transportasi udara yang memberikan dampak yang signifikan terhadap bisnis perusahaan. "Kedepannya, besar harapan kami tren tersebut terus bergerak ke arah positif, sejalan dengan upaya kami mempersiapkan armada transportasi darat yang dibutuhkan seiring peningkatan permintaan mobilitas tersebut," ungkap Sigit. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini