KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar modal syariah mencatatkan kinerja pertumbuhan yang signifikan. Kondisi ini sejalan dengan program pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional. Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku Ketua Pelaksana Syariah Investment Week (SIW) 2021 Hasan Fawzi mengatakan, investor saham syariah Indonesia mencapai 102.426 investor atau meningkat 734% dalam lima tahun terakhir. Adapun tingkat keaktifannya mencapai 30,7%. Di sisi lain, data per Oktober 2021 menunjukkan, komposisi pasar saham syariah di Indonesia masih cukup dominan, dengan jumlah saham syariah mencapai 56,9% dari total saham yang tercatat di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sementara, kapitalisasi pasar saham syariah mencapai 45,6% dari total kapitalisasi pasar saham. Nilai rata-rata transaksi harian (RNTH) perdagangan saham syariah berkontribusi sebesar 52,6%. frekuensi transaksi sebesar 58,1%, dan volume transaksi sebanyak 47,2%. "Kami yakin dengan upaya, kerja keras dan dukungan dari banyak pihak bahwa ke depannya pasar modal syariah kita akan semakin maju," ujar Hasan dalam seremoni pembukaan SIW 2021 yang digelar secara virtual, Kamis (11/11).
Baca Juga: IHSG turun tipis 0,04% ke 6.680 pada akhir sesi I Kamis (11/11) Adapun BEI kembali meraih penghargaan sebagai The Best Islamic Capital Market dari ajang GlobalIslamic Finance Awards (GIFA) 2021. Ini merupakan kali ketiga BEI dinobatkan sebagai The Best Islamic Capital Market. Hasan pun berharap, SWI 2021 dapat menjadi ajang bagi para peserta serta investor syariah, baik pemula maupun investor aktif, untuk lebih memahami pasar modal syariah. Sekaligus, bisa menyebarkan semangat untuk berinvestasi melalui pasar modal syariah di Indonesia. Dalam sambutannya, Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida juga mengungkapkan, optimisme terhadap pasar modal syariah di Indonsia tidak terlepas dari ekosistemnya yang baik.
Pertama, adanya Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) yang akan mempercepat, memperluas, dan memajukan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah.
Kedua, hadirnya PT Bank Syariah Indonesia Tbk yang menjadi katalisator peningkatan kegiatan pelayanan pendukun pasar modal syariah. Misalnya, bank kustodian syariah, bank administrator, kliring data nasabah, wali amanat syariah, serta issuer dan investor.
Ketiga, ada platform layanan urun dana atau securities
crowdfunding syariah.
Keempat, perusahaan sekuritas dan manajer investasi yang telah bekerja sama dengan lembaga amil zakat dan/atau lembaga pengelola wakaf atau nazhir.
Kelima, adanya fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) baik terkait efek syariah maupun fatwa terkait infrastruktur penudukungnya. Fatwa tersebut akan meningkatkan kepercayaan masayrakat terhadap pasar modal syariah.
Keenam, adanya lembaga sertifikasi profesi terkait pasar modal syariah yang telah mendapatkan izin dari OJK. Ketujuh, semakin banyak perguruan tinggi yang membuka program studi ekonomi dan keuangan syariah. Ekosistem yang mendukung jugalah yang menurut Nurhaida membuat pasar modal syariah Indonesia mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Menurut catatannya, per 30 September 2021, kepemilikan efek saham syariah meningkat 45,95% year to date (ytd) menjadi 1.600.704 investor. Sementara,jumlah kepemilikan reksadana syariah bertumbuh 66,69% ytd menjadi 805.867 investor. Adapun jumlah kepemilikan sukuk korperasi naik 26,68% menjadi 945 investor. Data statistisk produk per 29 Oktober 2021 menujukkan, nilai kapitalisasi pasar syariah sebesar Rp 3.683 triliun. Sementara, nilai sukuk korperasi outstanding sebesar Rp 34,98 triliun dan nilai sukuk negara outsanding sebesar Rp 1.152 triliun. Adapun nilai aktiva bersih reksadana syariah sebesar Rp 40,95 triliun. Selanjutnya, dari 40 emiten baru yang melakan IPO maupun EBUS sejak awal tahun hingga 6 November 2021, terdapat 30 emiten yang sahamnya memenuhi kriteria efek syariah. Selain itu, terdapat satu emiten yang melakukan penawaran umum sukuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat