KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT United Tractors Tbk (
UNTR) terus mengisi keranjang belanja investor asing. Selasa (31/10) kemarin, investor asing membukukan beli bersih alias
net buy senilai Rp 66,39 miliar. Jika dihitung selama sepekan terakhir, beli bersih asing sebesar Rp 336,34 miliar.
Dalam tiga bulan terakhir, investor asing telah mencetak beli bersih saham UNTR sebesar Rp 792,5 miliar. Dihitung sejak awal tahun, beli bersih asing di saham anak usaha PT Astra International Tbk (
ASII) ini telah mencapai Rp 2,5 triliun. Agresivitas investor asing ini beriringan dengan pergerakan harga saham UNTR. Dalam sepekan terakhir, harga saham UNTR naik 8,19%. Jika dihitung sejak tiga bulan lalu, harganya sudah menguat 19,78%. Sejak awal tahun, kenaikan harga saham UNTR telah mencapai 63,18%. Kinerja saham UNTR tak lepas dari fundamental perusahaan yang terus membaik. Kinerja UNTR sepanjang tahun ini juga meningkat pesat. Hingga akhir Septmber lalu, pendapatan bersih UNTR meningkat 36% menjadi Rp 43,6 triliun. Segmen usaha kontraktor penambangan menjadi kontributor pendapatan paling besar mencapai 46%. Penyumbang terbesar kedua adalah segmen usaha mesin konstruksi dengan kontribusi 38% terhadap total pendapatan. Sementara segmen usaha pertambangan dan segmen industri konstruksi masing-masing menyumbang 12% dan 4% terhadap total pendapatan. Seiring peningkatan pendapatan, laba bruto UNTR meningkat 59% menjadi Rp 10,4 triliun. Ditambah dengan peningkatan penghasilan keuangan dan pengurangan beban lain-lain, laba bersih UNTR hingga Septmber 2017 melejit 80% menjadi Rp 5,6 triliun. Kinerja masing-masing unit usaha UNTR juga membukukan peningkatan. Hingga September 2017, volume penjualan alat berat Komatsu naik 73% menjadi 2.744 unit. Sebanyak 50% penjualan alat berat Komatsu ditujukan ke sektor pertambangan. Pendapatan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat tumbuh 21% menjadi Rp 5,1 triliun. Total, pendapatan lini usaha mesin konstruksi meningkat 64% menjadi Rp 17,4 triliun. Lini usaha kontraktor penambangan yang dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara membukukan peningkatan pendapatan bersih sebesar 20% menjadi Rp 21,2 triliun. Pamapersada mencatat peningkatan volume produksi batu bara dari 78,6 juta ton menjadi 82,4 juta ton. Sementara volume pekerjaan pemindahan tanah (
overburden removal) meningkat dari 523,9 juta bcm menjadi 585,0 juta bcm. Namun, unit bisnis di bidang pertambangan batubara yang dijalankan PT Tuah Turangga Agung mencatatkan penurunan penjualan batubara sebesar 12% menjadi 5,7 juta ton. Untungnya, peningkatan rata-rata harga jual batubara membuat pendapatan lini bisnis pertambangan meningkat sebesar 34% menjadi Rp 5,6 triliun. Sementara itu, unit usaha industri konstruksi, yang dijalankan PT Acset Indonusa Tbk (
ACST) membukukan kenaikan pendapatan sebesar 51% menjadi Rp 1,9 triliun. Analis Bahana Sekuritas Henry Wibowo menilai, kinerja UNTR yang meningkat tidak lepas dari harga batubara yang membaik. Menurut dia, kenaikan harga batubara akan mendorong kinerja tiga segmen usaha UNTR. Pertama, saat harga batubara bagus, banyak perusahaan tambang berani memesan alat berat baru sehingga mendorong penjualan Komatsu. Kedua, perusahaan pertambangan bakal berani untuk menggali tambang lebih dalam. Alhasil, pekerjaan Pamapersada akan semakin banyak. Ketiga, segmen usaha pertambangan UNTR juga akan meningkat karena harga jual batubara yang naik. Hariyanto Wijaya, Analis RHB Sekuritas Indonesia, mengatakan, selama harga batubara masih di atas US$ 70 per metrik ton, kinerja UNTR tetap bakal aman. Makanya, risiko anjloknya harga batubara bisa menjadi katalis negatif bagi performa UNTR ke depan. Memang, Henry bilang, kinerja UNTR bergantung pada harga batubara. Tahun ini, kinerja UNTR didorong oleh harga penjualan batubara yang naik.
Pada tahun depan, dia memproyeksikan, pendorong kinerja UNTR berasal dari kenaikan produksi batubara. Henry memperkirakan, pendapatan UNTR tahun depan mencapai Rp 60,8 triliun dengan laba bersih Rp 7,8 triliun. Hitungan Hariyanto, pendapatan dan laba bersih UNTR tahun depan masing-masing Rp 67,9 triliun dan Rp 8,8 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: A.Herry Prasetyo