SUKSES di usia muda mungkin menjadi impian banyak orang, begitupun Riyadh Ramadhan. Ia tak menyangka, bisnisnya akan tumbuh cepat. Toh begitu, tak mudah membangun bisnis di usia belia. Riyadh mengaku banyak kendala yang ia hadapi. Misal, ia sempat kesulitan membuat sistem manajerial usaha yang baik. Alhasil, ia sering gonta-ganti karyawan lantaran kinerja pegawainya tak memuaskan. "Karena usia saya yang lebih muda, banyak karyawan yang tak menghormati saya sebagai pimpinan, sehingga kinerja mereka tak maksimal," terangnya.
Tak kehabisan akal, Riyadh pun rajin melahap buku mengenai manajemen dan kepemimpinan. Ia pun kerap mengikuti ajang entrepreneurship bagi anak muda seusianya. Meski tak menyabet predikat sebagai juara, Riyadh tak berkecil hati. "Tujuan utamanya bukan juara, tapi lebih pada pembelajaran karakter dan jiwa kepemimpinan dari para pengusaha muda," ungkapnya. Bukan sekadar memetik ilmu, dari ajang kompetisi itu Riyadh juga bisa membuka jaringan yang lebih luas. Dari situ, ia mulai belajar akan pentingnya manajerial usaha agar usaha makin berkembang. "Dalam usaha, pemasaran memang penting tapi belajar menjadi seorang pimpinan yang baik juga tak kalah penting," katanya. Dari kompetisi tersebut, Riyadh mengaku pikirannya kian terbuka. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus ia benahi, terutama manajemen usaha. Hal utama yang langsung Riyadh lakukan adalah mengubah gaya kepemimpinannya. Riyadh bilang, ia sekarang lebih tegas namun bukan berarti berubah jadi pribadi yang galak dan ditakuti karyawannya. Selain itu, ia mencoba menerapkan metode kekeluargaan dalam manajemen Go Crunz. Dengan perubahan gaya kepemimpinan itu, sekarang manajemen usahanya jauh lebih solid. "Dalam beberapa bulan terakhir, tidak ada lagi gonta-ganti karyawan," jelasnya. Bukan itu saja, menyadari bahwa ia adalah principal dari sebuah brand yang juga melibatkan orang lain, Riyadh menganggap semua mitra usahanya merupakan saudara dekatnya. Hal ini pula yang membuat dia cenderung lebih selektif memilih mitra usaha. Salah satu patokannya memilih mitra adalah merasa klop saat pertama kali bertemu dengan calon mitra. "Jadi ada chemistry dalam berkomunikasi," ungkap mahasiswa jurusan Desain Manajemen IBMT International University ini.
Insting itulah yang akhirnya membuat Riyadh memiliki sembilan mitra. Dia mengklaim semuanya loyal dan memenuhi ekspektasi membesarkan franchise Go Crunz. Kendati bisnisnya makin mengembang, tak membuat Riyadh cepat puas. Ia mengatakan, masih harus terus belajar agar usaha kian membesar.Ia pun menyimpan mimpi bahwa merek Go Crunz dalam beberapa tahun ke depan bisa go international seperti Kebab Baba Rafi milik Hendy Setiono. Ia menyebut Hendy sebagai mentor andal dan telah menginspirasi dirinya. (Selesai) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri