KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Tbk (
ISAT) menargetkan untuk bisa menggandakan perolehan EBITDA dalam lima tahun ke depan. Rencananya hal itu akan dikejar dari pertumbuhan ARPU seiring dengan kelanjutan monetisasi industri dan inisiatif baru serta mendorong kontribusi pendapatan dari inisiatif
artificial intellegence (AI) dan fixed broadband (FBB). Deputy Head of Research Sucor Sekuritas, Paulus Jimmy melihat target tersebut dapat tercapai. Sejak penggabungan usaha, ISAT menggunakan belanja modal kumulatif sebesar US$ 1,6 miliar dan mengumpulkan sinergi biaya sebesar US$ 610 juta, 12 bulan lebih cepat dari jadwal dalam rencana integrasi jaringan. Berdasarkan perhitungannya, ISAT akan menemui tantangan dalam meningkatkan ARPU. "Namun, kami optimis dengan tren peningkatan ARPU di industri dan kemampuan ISAT untuk meningkatkan efisiensi operasi dari monetisasi," tulisnya dalam riset, Kamis (4/7).
Untuk implementasi AI, Paulus melihat kemitraan strategisnya dengan Nvidia dan Google akan memungkinkan ISAT untuk memonetisasi ukuran industri yang diharapkan sebesar US$ 2,4 miliar pada tahun 2028. Hal itu dengan menawarkan berbagai solusi
cloud dan solusi perusahaan yang didukung oleh AI. Dari sisi FBB, tingkat penetrasi ISAT saat ini sebesar 18%. Untuk mencapai target, diharapkan akan meningkat hampir dua kali lipat menjadi 35% pada tahun 2028, dengan potensi pasar mencapai US$ 4 miliar. "Indosat secara agresif berencana untuk meningkatkan basis pelanggannya menjadi 2 juta pelanggan, mengamankan 8-10% pangsa pasar pada tahun 2028," paparnya.
Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia
, Sukarno Alatas juga menilai positif target ISAT dalam lima tahun ke depan. Ia menghitung, untuk mencapai target tersebut maka dalam periode itu perseroan harus bisa menghasilkan CAGR 14,87% untuk bisa meningkat 100%. "Jika melihat lima tahun ke belakang, ISAT mampu menghasilkan CAGR 27%," ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (15/7).
Sukarno menilai, faktor pendukung ISAT dari potensi kenaikkan jumlah pelanggan seiring dengan peningkatan jumlah BTS. Sehingga bisa mendorong pada kenaikan ARPU.
Untuk jangka pendek, hingga akhir tahun ini Sukarno berpandangan ISAT masih berpotensi mencetak pertumbuhan kinerja. Hal ini tak lepas dari capaian di kuartal I 2024.
"Sentimen pendukungnya dari pertumbuhan pengguna seluler dan kenaikan ARPU, efesiensi biaya, perluas bisnis dan potensi meningkatkan pendapatan dari Al-Cloud, Keamanan & Platform Play," paparnya.
Sebagai pengingat, ISAT mencatatkan pendapatan sebesar Rp 13,83 triliun di kuartal I 2024 atau naik 15,8% secara tahunan atau
year on year (YoY). Sementara EBITDA ISAT naik 22,1% YoY ke Rp 6,50 triliun. Adapun untuk laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 39,36% YoY menjadi Rp 1,29 triliun. Kuartal I 2023, ISAT mencatatkan laba bersih sebesar Rp 929,06 miliar.
Dus, Sukarno merekomendasikan
hold ISAT dengan target harga Rp 11.900. Sementara Paulus menyematkan rating buy dengan target harga Rp 12.500. Adapun risiko terkait rekomendasi tersebut, otensi kehilangan pelanggan akibat kenaikan ARPU yang agresif, persaingan yang semakin ketat di daerah pedesaan yang mana Telkomsel telah mendominasi, dan penurunan marjin konsolidasi setelah ekspansi yang agresif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih