Terus Menguat, Saham Widodo Makmur Perkasa (WMPP) Berpeluang Rebound



KONTAN.CO.ID - Setelah berada di zona merah sejak akhir tahun lalu, pada perdagangan Selasa (31/1) saham PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) menghijau kembali. Penguatan saham WMPP terus berlanjut, dan pada perdagangan hari tersebut (31/1) berdasarkan data Bursa Efek Indonesia yang dilansir RTI Business, harga saham WMPP naik 31 poin atau 42% menjadi Rp105 per lembar.

Kembalinya antusiasme pelaku pasar terhadap WMPP memecahkan kelesuan pergerakan emiten consumer goods and agricultural commodities ini di bursa. Analis pun menilai tren penurunan harga saham WMPP telah berakhir dan berpeluang rebound dalam jangka panjang.

“Tim riset Samuel Sekuritas melihat WMPP ini downtrend channel-nya sudah break, jadi ada potensi untuk rebound secara long term,” kata Farras Farhan, analis Samuel Sekuritas kepada Kontan.co.id.


Berdasarkan analisis Farras, tingginya harga bahan baku pakan ternak imbas perang Rusia- Ukraina menjadi sentimen negatif bagi WMPP sehingga sahamnya melemah sejak akhir tahun 2022. Lini bisnis unggas merupakan kontributor utama penyumbang pendapatan WMPP diikuti dengan lini bisnis peternakan sapi potong. Sentimen negatif tersebut tidak hanya berdampak pada WMPP, tetapi juga pada emiten sektor unggas di pasar modal Indonesia secara keseluruhan.

“Input cost emiten poultry masih relatif tinggi akibat perang Rusia-Ukraina. Kalau melihat secara sektoral, bukan hanya WMPP yang mengalami penurunan harga saham, tapi juga emiten lainnya di sektor unggas. Jadi ini memang bisa dibilang merupakan hal yang wajar,” imbuh Farras.

Selain itu, hingga awal tahun ini investor asing masih gencar melakukan aksi jual saham- saham berkapitalisasi besar (bigcaps) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemodal asing banyak mengalihkan aset ke pasar saham yang lebih murah di negara lain, terutama China sejak

negara tirai bambu tersebut membuka pembatasan kegiatan masyarakat. Hal ini memberatkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta emiten-emitennya.

“Saham-saham second dan third liner ikut mengalami penurunan terkena imbas rotasi asing yang mengalihkan asetnya ke negara-negara yang baru membuka ekonominya seperti China,” ujar Farras.

Secara teknikal, Farras merekomendasikan investor untuk terus memantau sinyal-sinyal uptrend dari WMPP selama beberapa hari ke depan. “Kalau sinyal menunjukkan uptrend, nah, itu menjadi pertanda bagi investor untuk masuk,” katanya.

Sementara itu bagi investor yang berorientasi jangka panjang dan mempertimbangkan fundamental, Farras mengatakan tingkat konsumsi ayam yang terus bertumbuh di Indonesia berpotensi menjadi katalis positif bagi WMPP.

“Kita melihat konsumsi ayam di Indonesia ini masih relatif kecil, masih sekitar 10 kg per kapita per tahun. Bahkan hanya seperlima dari tingkat konsumsi Malaysia. Jadi dengan tingkat konsumsi ayam yang masih rendah ini, menjadi peluang bagi WMPP untuk meng- capture market yang masih akan berkembang secara pesat,” tandas Farras.

Menurut sumber data dari OECD, konsumsi daging ayam dan daging sapi di Indonesia masing-masing diproyeksikan akan tumbuh sebesar 2,8% dan 0,6% selama periode 5 tahun kedepan.

Adapun pada kuartal III 2022, WMPP membukukan pendapatan perseroan sebesar Rp3,3trilliun. Perolehan laba tersebut juga diiringi dengan pertumbuhan aset perusahaan sebesar 7% dari periode tahun 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ridwal Prima Gozal