Terus Naik, Bitcoin Berpotensi Bisa Menuju US$ 100.000?



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) kian mendekati level tertinggi sepanjang masa alias all time high (ATH) yang sebesar US$ 69.000. Harga Bitcoin yang melambung tinggi ini tak heran menarik peralihan investasi ke pasar aset digital tersebut.

Mengutip Coinmarketcap, Selasa (5/3) pukul 19.00 WIB, harga BTC berada di posisi US$ 66.691 yang telah naik sekitar 2,25% dalam 24 jam dan sekitar 18% dalam periode 7 hari terakhir. Kenaikan harga Bitcoin itu telah mengangkat kapitalisasi pasar BTC menjadi sekitar US$1,3 triliun.

Chief Executive Officer (CEO) Triv, Gabriel Rey, mengamati lonjakan harga Bitcoin belakangan ini utamanya karena dana yang mengalir deras ke industri kripto. Hal tersebut menyusul kehadiran Bitcoin Exchange Traded Fund (ETF) yang telah disetujui pada 10 Januari 2024 lalu.


Gabriel menuturkan bahwa Reuters memberitakan pekan lalu banyak investor Amerika Serikat (AS) menukar emas ETF yang dijual untuk masuk ke Bitcoin ETF. Arus keluar (outflow) dari ETF Gold sempat sebesar US$ 768,9 juta pada akhir Februari lalu, yang disinyalir dijual untuk masuk ke Bitcoin ETF.

Di sisi lain, Bitcoin terus bergerak naik seiring arus dana masuk (inflow) ke Bitcoin ETF. Beberapa hari lalu ETF Spot Bitcoin memecahkan rekor net inflow sebesar US$ 673 juta dalam satu hari yang kurang lebih sekitar Rp 1 triliun.

Baca Juga: Harga Bitcoin Capai Rekor Baru Rp 1 Miliar, Begini Respons CEO Indodax

Gabriel mengungkapkan, Triv sebagai salah satu exchange kripto juga mencatatkan lonjakan transaksi sekitar 400% week to week (wtw) dalam sepekan terakhir. Ini mengisyaratkan besarnya gelombang investor masuk ke industri kripto, termasuk di tanah air.

“Ketika uang masuk cukup besar, maka otomatis harganya akan menyesuaikan naik. Kita melihat bahwa appetite investor saat ini mulai beralih ke industri kripto,” kata Gabriel kepada Kontan.co.id, Selasa (5/3).

Oleh karena itu, Gabriel menilai wajar adanya peralihan dari instrumen investasi tertentu ke instrumen kripto. Sebab, ketika ada aset yang berpeforma bagus, biasanya investor akan melikuidasi aset di instrumen investasinya untuk berpindah ke aset yang sedang bersinar.

Kondisi peralihan tersebut kemungkinan terjadi juga di pasar saham yang terus koreksi beruntun dalam beberapa hari terakhir. Mengutip RTI Business, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup turun sekitar 0,40% ke level 7.247,46 pada perdagangan Selasa (5/3). Penurunan IHSG sejalan dengan aksi net sell asing sebesar Rp 765 miliar di seluruh pasar.

Gabriel melihat, peralihan dari saham ke kripto itu kemungkinan memang benar terjadi seiring prospek harga Bitcoin diprediksi bisa lebih tinggi lagi. Di samping itu, beberapa koin meme seperti Shiba (SHIB) ataupun Dogecoin (DOGE) juga naik drastis.

“Kondisi naiknya pasar kripto membuat orang terpaksa melikuidasi di kelas aset lain untuk masuk ke aset kripto karena mereka FOMO atau tidak ingin ketinggalan,” imbuhnya.

Berdasarkan pantauan Gabriel di sosial media Triv ataupun juga akun pribadinya, memang banyak sekali investor ritel yang mengakui jual saham hingga emas untuk masuk ke kripto. Di samping itu, faktor lainnya karena kripto dipandang sebagai aset yang jauh lebih volatil ketimbang saham.

“Sehingga, banyak investor kripto yang didominasi generasi Z atau Milenial lebih tertarik berspekulasi di kripto karena lebih menantang,” tambahnya.

Gabriel optimistis Bitcoin masih berpotensi terus naik hingga kisaran US$ 90.000 -US$ 100.000 di tahun 2024. Dia menyebutkan, setidaknya terdapat 3 faktor utama yang akan mendukung harga bitcoin ataupun alternative coin (altcoin) di tahun ini.

Pertama, kehadiran ETF Ethererum berpotensi akan menarik lebih banyak lagi dana ke pasar kripto seperti yang terjadi pada ETF Bitcoin. Dimana, persetujuan ETF Ethereum akan diumumkan pada 23 Mei 2024 mendatang yang kemungkinan besar disetujui.

Kedua, industri kripto akan disuguhkan fenomena halving bitcoin pada pertengahan bulan April 2024 yang dimaknai sebagai pesta industri kripto. Sebab, harga BTC selalu naik signifikan saat halving dilaksanakan selama 4 tahun sekali, sejak tahun 2012.

Ketiga, pasar keuangan tahun ini diperkirakan lebih lega seiring potensi pemangkasan suku bunga. Posisi suku bunga acuan yang tinggi biasanya mencekik aset berisiko tinggi seperti kripto.

“Dari ketiga sentimen tersebut semuanya positif, dan tidak ada sentimen negatif yang bisa membuat kripto terkoreksi hingga sejauh ini,” ujar Gabriel.

Baca Juga: Harga Bitcoin Melompat ke Atas Level US$ 68.000, Selangkah Lagi Rekor

Di sisi lain, Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha memandang bahwa kenaikan drastis harga bitcoin membuka peluang bersinarnya alternative coin (coin). Pasalnya, posisi Bitcoin yang sudah naik tinggi rawan jatuh dan memang sudah banyak investor yang melirik altcoin.

Ethereum (ETH) sebagai altcoin dengan kapitalisasi pasar terbesar juga mengalami kenaikan yang sama besarnya seperti BTC. Dalam periode 7 hari terakhir, harga ETH sudah naik lebih dari 15% ke kisaran level US$3.768.

Panji memproyeksi, kenaikan Ethereum tampaknya berpotensi berlanjut berkat adanya peningkatan jaringan yaitu Dencun Upgrade yang akan berlangsung pada 13 Maret 2024. Saat ini kurang dari 10 hari menuju Ethereum Dencun Upgrade. Selain $ETH, upgrade tersebut juga potensi memberi dampak positif ke sektor layer-2. 

Selain itu, hampir semua Memecoin di aplikasi Ajaib Kripto mengalami kenaikan dalam 7 hari tearkhir. Diantaranya Shiba Inu (SHIB) meroket 321%, Pepe (PEPE) melesat 307%, Floki (FLOKI) menguat 240%, Bonk (BONK) melonjak 185% dan Dogecoin yang saat ini masih menjadi memecoin dengan kapitalisasi pasar terbesar juga ikut menguat 116%.

Panji menuturkan, pasar kripto dalam momentum bullish dengan potensi Bitcoin untuk mencetak harga tertingginya dalam waktu dekat. Namun, investor dan trader kripto tetap harus waspada terhadap pembalikan tren dan memanfaatkan diversifikasi ke altcoin dengan narasi kuat dan prospek teknologi blockchain menjanjikan.

Guna mencetak harga tertinggi baru, Bitcoin perlu bertahan di atas US$ 65.700 dalam jangka pendek. Sementara, jika turun dari level tersebut maka potensi melemah ke support terdekat di US$ 64.000.

“Apabila BTC berhasil mencetak harga tertinggi baru pada pekan ini dan diiringi terjadi penurunan dalam dominasi Bitcoin (BTC.D), maka sinyal pertanda altseason akan semakin dekat, serta diikuti dengan minat investor mulai semakin condong ke pasar altcoin,” ungkap Panji dalam siaran pers, Selasa (5/3).

Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mencermati bahwa terdapat beberapa ketakutan yang membayangi di tengah optimisme pasar. Sebagai contoh, utang Amerika Serikat kembali mencapai puncaknya yang kemungkinan terjadinya financial decoupling yaitu suatu fenomena yang potensial memisahkan pasar kripto dari pasar keuangan tradisional.

Oleh karena itu, semua perhatian semestinya tertuju pada testimoni Ketua The Fed, Jerome Powell di depan Kongres pada 6-7 Maret 2024. Testimoni ini berpotensi memengaruhi sentimen pasar di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap inflasi dan potensi penyesuaian suku bunga.

Fyqieh bilang, pernyataan Powell memiliki pengaruh yang signifikan bagi investor dan analis. Selain itu, beberapa pejabat Fed lainnya akan berbicara memberikan wawasan mengenai sikap kebijakan Fed saat ini mengenai suku bunga.

Pasar juga akan memperhatikan rilis data ekonomi Amerika Serikat pekan ini. Di antaranya data ketenagakerjaan ADP, lowongan pekerjaan AS, produktivitas AS, dan tingkat pengangguran Amerika. Indikator-indikator tersebut membantu pelaku pasar kripto dalam mengukur potensi pergerakan Fed pada pertemuan mendatang.

“Pasar kripto memang terus menarik perhatian global dengan volatilitas dan potensi pertumbuhan yang tinggi. Kondisi ini menjadikan pergerakan Bitcoin dan aset kripto lainnya menjadi sorotan utama dalam beberapa waktu ke depan,” ucap Fyqieh saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (4/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat