KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin terus mencetak
all time high baru dalam beberapa hari terakhir. Meski begitu, reli aset kripto ini diperkirakan masih akan berlanjut. Berdasarkan data coingecko, harga Bitcoin berada di US$ 88.428 pada Selasa (12/11) pukul 13.02 WIB. Dalam 24 jam terakhir, harganya melesat 9,3% sehingga mengakumulasi penguatan 29,5% dalam sepekan. Beriringan, Altcoin ikut melonjak dengan Ethereum (ETH) mencapai US$ 3.327, Solana (SOL) US$ 217, dan Dogecoin (DOGE) berada di $0,401. Masing-masing mencatatkan kenaikan dalam sepekan terakhir sebesar 37,3%; 36%, dan 147%.
Kapitalisasi pasar global kripto kini telah melampaui US$ 3 triliun, tepatnya US$ 3,11 triliun, yang terakhir kali dicapai pada November 2021. Pergerakan bullish ini terjadi seiring dengan saat pasar mencerna kemenangan telak Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang berdampak positif ke pasar kripto.
Baca Juga: Ada Trump Effect, Harga Bitcoin Bakal Capai US$ 100.000? Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menilai Donald Trump telah berjanji bahwa pemerintahannya akan berhenti menjual miliaran dolar Bitcoin yang dikumpulkan AS dari kasus kriminal. Justru, akan menyimpannya sebagai cadangan strategis seperti emas. Trump juga menyatakan pada hari pertama jabatannya, ia akan memberhentikan Ketua US Securities and Exchange Commission, Gary Gensler. Selain itu menerapkan kebijakan yang mendorong hak kepemilikan mandiri (self-custody) aset kripto dan mendukung perkembangan industri secara luas. Di sisi lain, perdagangan ETF Bitcoin spot mencatat penutupan positif selama lima minggu berturut-turut. Pekan lalu, ETF Bitcoin spot mencatat net inflow sebesar US$ 1,63 miliar pada periode 4-8 November 2024, dengan angka penutupan harian mencapai US$ 1,48 miliar pada Kamis (7/11). Menurut SoSo Value, nilai itu merupakan inflow harian tertinggi sejak pertama kali ETF Bitcoin diperdagangkan pada 11 Januari 2024. "Reli Bitcoin berpotensi mencapai angka US$ 91.500. Meski demikian, investor perlu tetap waspada adanya penurunan yang didorong aksi profit taking dan aksi risk-off minggu ini karena bertepatan dengan adanya rilis data Inflasi AS dan pidato Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell," tulisnya dalam riset, Selasa (12/11).
Baca Juga: Harga Bitcoin Sudah Melambung 25% Sejak Donald Trump Terpilih Jadi Presiden AS Panji menyebut pasar saat ini sedang berada di fase keserakahan yang tinggi. Indeks Crypto Greed and Fear menunjukkan posisi Extreme Greed seperti angka 76, ini mengindikasikan bahwa pasar sedang berada dalam fase ketamakan yang tinggi. "Situasi ini sering kali mengisyaratkan bahwa harga kripto telah naik secara signifikan dalam waktu singkat dan mungkin rentan terhadap koreksi," ujarnya. Pekan ini, fokus utama pasar adalah data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS pada 13 November, yang diharapkan akan memberi gambaran tentang tekanan inflasi dan arah kebijakan Federal Reserve. Data CPI diprediksi akan meningkat menjadi 2,6% YoY, lebih tinggi dari periode sebelumnya di angka 2,4% YoY dan secara bulanan diprediksi akan tetap di angka 0,2% MoM. Di sisi lain, data inflasi disusul oleh pidato Ketua Fed Jerome Powell pada Jumat (15/11). Pandji menilai, meskipun inflasi tahunan diprediksi meningkat, ada kemungkinan Fed akan terus melanjutkan penurunan suku bunga dalam upaya mendorong likuiditas lebih lanjut. Menurut CME Fedwatch Tool, pasar melihat peluang sekitar 65% untuk penurunan suku bunga 25 bps pada FOMC Desember.
Baca Juga: Investasi Bitcoin: Keuntungan Menggiurkan dan Penyesalan yang Menghantui Pandji berpandangan harga aset kripto masih bisa membawa pertumbuhan tambahan pada pekan-pekan mendatang. Ekspektasi peningkatan regulasi pro-kripto, ditambah dengan pelonggaran kebijakan moneter menjadi pendorongnya. Sebagai kesimpulan, minggu ini menjadi krusial bagi investor kripto, dengan potensi pengaruh besar dari data CPI dan kebijakan Fed pada sentimen pasar. Para investor kripto perlu mempertimbangkan volatilitas yang mungkin terjadi dan peluang dalam mempertahankan posisi mereka saat pasar mencermati arah ekonomi dan regulasi ke depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat