Teten Masduki ajak peternak ayam masuk koperasi agar usahanya capai skala bisnis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menyarankan peternak unggas khususnya ayam yang sebagian besar adalah UMKM untuk berkoperasi, agar bisa mencapai skala bisnis, lebih efisien dalam proses produksinya.

Peternak ayam yang umumnya UMKM dijelaskan Teten, merupakan salah satu motor penggerak ekonomi rakyat.

"Pemerintah berkomitmen melindungi dan membantu mereka untuk bisa tumbuh melalui koperasi, karena saat ini peternak perorangan atau skala kecil akan susah bersaing di pasar," ujar Teten Masduki dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id pada Selasa (1/8).


Sebagai contoh, Teten juga memberikan apresiasi pada PT Sumber Unggas Indonesia (SUI) sebagai industri peternakan ayam lokal  atau ayam kampung, yang mau mengembangkan UKM rumah produksi ayam kampung olahan dan merangkul UMKM lain dalam pemasarannya sebagai reseller. Apalagi dalam pemasarannya, PT SUI sudah memanfaatkan teknologi digital dengan penggunaan aplikasi.

"Hal ini memberikan peluang usaha pada rakyat untuk menjadi pelaku UMKM," imbuhnya.

Baca Juga: Kemenkop teken kerja sama dengan Grab Indonesia perluas digitalisasi UMKM

Teten melihat potensi pasar bagi UMKM peternak ayam kampung, masih sangat besar. Sebagai sumber protein hewani, konsumsi perkapita ayam  di Indonesia tercatat 12 -13 kilogram (kg) perkapita pertahun, yang masih lebih rendah dibanding Malaysia yang mencapai 38-40 kg/tahun.

Menurutnya, peningkatan konsumsi ayam ini juga dapat memacu penyerapan ayam peternak rakyat yang berlimpah. Apalagi dalam beberapa waktu terakhir Indonesia mengalami kondisi kelebihan pasokan ayam akibat suplai day old chicken (DOC) impor yang berlebih. Kondisi ini membuat harga ayam peternak anjlok.

Menurutnya, peningkatan konsumsi ayam ini juga dapat memacu penyerapan ayam peternak rakyat yang berlimpah. Apalagi dalam beberapa waktu terakhir Indonesia mengalami kondisi kelebihan pasokan ayam akibat suplai day old chicken (DOC) impor yang berlebih. Kondisi ini membuat harga ayam peternak anjlok.

Untuk itu apabila peningkatan konsumsi dapat terealisasi dengan baik, maka dampaknya bakal menstabilisasi kembali harga ayam peternak. Lebih penting, lagi akan terjadi keseimbangan yang  berkelanjutan antara produksi dengan konsumsi secara nasional.

Nuryanto Dirut PT SUI menuturkan, jumlah induk ayam saat ini yang dimiliki sekitar 120.000 ekor yang mampu menghasilkan 600.000 ekor anak ayam per bulan atau 7,5 juta per tahun.

Baca Juga: Penjualan meningkat 26% sejak pandemi, UMKM didorong masuk pasar e-commerce

Produksi anak ayam (Day Old Chicken) jenis kampung unggulan dengan merk SU 77 telah berhasil terdistribusi hampir di seluruh wilayah Tanah Air memenuhi kebutuhan para peternak ayam kampung dari Aceh, Palembang, Lampung, Kalimantan, Sulawesi, NTB, hingga Papua. Selain itu telah dibangun unit Hatchery baru di Bali dan di Jambi.

PT SUI juga memiliki farm komersil untuk budidaya pembesaran ayam kampung asli dengan standar Good Farming Practice di wilayah Bogor dan Sukabumi. Pada tahun 2017, kapasitas produksi berhasil ditingkatkan menjadi 300.000- 350.000 ekor/periode atau sekitar 1,4 juta ekor/tahun.

Selain itu PT SUI juga baru meresmikan UKM Rumah Produksi Ayam Kampung Olahan  dengan merek NatChick di Bogor, Jawa Barat pada 31 Agustus lalu.

Sementara itu, Ketua Umum Koperasi Pinsar Indonesia, Singgih Januratmoko mengatakan, selama ini peternak unggas mandiri yang merupakan 90% dari pelaku usaha perunggasan di tanah air, sulit menghadapi persaingan dengan konglomerasi peternakan.

"Maka membentuk koperasi mulai dari primer, sekunder dan induk saat ini sudah keharusan jika peternak mandiri maju menjalankan usahanya. Kami berharap koperasi ini bisa jadi alternatif bagi industri perunggasan di tanah air," ujar Singgih.

Singgih juga mengharapkan dukungan pemerintah  terutama untuk menyempurnakan kelembagaan, pelatihan serta akses permodalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli