Thai Airways dapat persetujuan pengadilan untuk rencana restrukturisasi utang



KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan Perusahaan penerbangan nasional Thai Airways International Plc gagal membayar kewajiban kepada debitur. Kini, perusahaan mendapat persetujuan restrukturisasi utang dari Pengadilan Kepailitan Sentral.

Mengutip Bangkok Post pada Minggu (11/10), Thai Airways memiliki total kewajiban 332,2 miliar baht pada akhir Juni. Kreditur perusahaan kemungkinan menghadapi proses yang berlarut-larut lantaran rehabilitasi kredit ini bisa memakan waktu hingga tujuh tahun.

Putusan pengadilan memungkinkan Thai Airways untuk segera memulai pembicaraan dengan pemegang utang tentang persyaratan restrukturisasi iuran. "Persetujuan rehabilitasi hutang pengadilan hanyalah langkah kecil. Ini merupakan tugas berat untuk menghasilkan rencana utang yang akan memuaskan bank, lessor pesawat, pemasok, dan pemberi pinjaman lainnya,” kata Chanchai Chaiprasit, kepala eksekutif unit PricewaterhouseCooper Thai.


Baca Juga: Masuk wilayah tanpa izin, Malaysia menahan 60 warga negara China dan enam kapal

Thai Airways mendapat pukulan lebih jauh baru-baru ini, ketika Kementerian Transportasi negara itu mengidentifikasi potensi korupsi dalam harga tiket yang terlalu rendah dan biaya lembur yang berlebihan. Kementerian Keuangan Thailand memiliki sekitar 48% saham Thai Airways.

Maskapai ini telah gagal membayar pinjaman dan obligasi sebesar 85 miliar baht, atau 33,1% dari total asetnya, menurut pernyataan terakhir pada 22 Juli. Maskapai ini melaporkan kerugian bersih 28 miliar baht pada paruh pertama tahun ini.

Krisis Covid-19 telah menghancurkan industri perjalanan global, memaksa maskapai penerbangan untuk menangguhkan penerbangan.Juga memberhentikan karyawan dan mencari bantuan keuangan dari pemerintah dan investor.

Ketegangan industri telah meningkat di Asia, dengan Singapore Airlines Ltd telah memangkas 20% tenaga kerjanya. Perusahaan seperti Virgin Australia Holdings Ltd dan Avianca Holdings SA, maskapai penerbangan terbesar kedua di Amerika Latin, telah melakukan administrasi atau mencari perlindungan kebangkrutan.

Baca Juga: Hari ini dalam sejarah: Angkatan Laut AS menangkap pembajak kapal pesiar Italia

Di sisi lain untuk mempertahankan bisnis, perusahaan pelat merah ini membuka layanan simulator penerbangan untuk umum. Juga berencana memperluas jaringan waralaba gorengannya.

Chatree Pongsak, Wakil Presiden Pengembangan Ssumber Daya Penerbangan Thai Ai mengatakan proyek "THAI Flying Experience & Beyond" telah diluncurkan dan akses ke simulator penerbangan maskapai dari berbagai model pesawat.

Biasanya simulator penerbangan hanya digunakan untuk pelatihan para pilot baik lokal maupun asing. Namun pandemi menyebabkan tidak ada pilto asing yang menggunakan layanan ini. “Biaya akan dibebankan kepada mereka yang menggunakan simulator. Perusahaan sedang dalam proses mendapatkan izin untuk penerbangan melihat-lihat dari Otoritas Penerbangan Sipil Thailand. Saya berharap penerbangan akan dimulai bulan depan,” kata Chatree.

Selain itu, perusahaan juga berencana mewaralabakan roti goreng Patong-go. Lantaran makanan ringan ini telah menghasilkan sekitar 10 juta baht dalam penjualan bulanan. Presiden Thai Airways Chansin Treenuchagron mengatakan kepada wartawan bahwa Patong-go ini sangat populer dan orang-orang antre panjang untuk membelinya setiap pagi di lima gerai makanan maskapai di Bangkok.

Selanjutnya: AS teken kesepakatan dengan AstraZeneca untuk pengobatan antibodi Covid-19

Editor: Tendi Mahadi