Thailand Ingin Larangan Impor Sirup Dicabut, Ini Syarat dari China



KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Pihak berwenang China telah meminta Thailand untuk memeriksa puluhan pabrik sebelum membuka negosiasi terkait pencabutan larangan yang diberlakukan bulan lalu pada ekspor sirup gula dan bubuk campuran dari negara Asia Tenggara tersebut.

Menurut perusahaan layanan rantai pasokan Czarnikow, Thailand, eksportir gula terbesar kedua di dunia, merupakan pemasok utama gula cair China tahun lalu dengan pengiriman lebih dari 1,2 juta metrik ton.

Melansir Reuters, pada bulan Desember, China menangguhkan impor sirup dan bubuk campuran Thailand, campuran gula dan bahan makanan lainnya, karena kekhawatiran atas kebersihan pabrik. 


"Pihak berwenang Thailand ingin berunding untuk mengakhiri penangguhan tersebut," kata kata Arada Fuangtong, seorang pejabat senior di Kementerian Perdagangan Thailand.

Seorang sumber industri mengatakan pihak berwenang di Thailand semakin khawatir tentang larangan tersebut karena mereka menyadari hal itu dapat membebani harga yang diterima petani tebu di Thailand untuk produk mereka.

Baca Juga: Kalah dari Vietnam, Ekspor Durian Indonesia Capai US$ 1,8 juta Sepanjang 2024

Ia menambahkan, jumlah gula yang mungkin perlu dialihkan cukup signifikan. Oleh karena itu, masalah ini sangat membebani harga global, dengan harga gula putih berjangka di bursa ICE berada pada titik terendah dalam tiga tahun.

Menurut analis Citi Arkady Gevorkyan, larangan Tiongkok telah menyebabkan sirup dan premiks Thailand senilai sekitar 400 juta baht (US$ 11,6 juta) terdampar di kapal saat ini.

"Tiongkok adalah importir sirup gula Thailand terbesar," katanya.

Tonton: Malaysia Kenakan Bea Antidumping Impor Besi Baja dari China, India, Jepang dan Korsel

Sementara itu, menurut Wakil Sekretaris Tetap Industri Thailand Virit Viseshsindh, Tiongkok telah meminta peninjauan ulang terhadap 78 pabrik gula di Thailand sebelum negosiasi dapat dimulai.

Viseshsindh menambahkan bahwa inspeksi sedang dilakukan.

"GACC menginginkan inspeksi standar kami menjadi lebih ketat," katanya, mengacu pada Administrasi Umum Bea Cukai Tiongkok.

Analis Czarnikow, Rosa Li, mengatakan ia memperkirakan pabrik-pabrik Thailand dan importir China pada akhirnya akan berupaya menyelesaikan masalah ini dan mencabut larangan tersebut. 

"Tetapi masih harus dilihat berapa lama proses ini akan berlangsung," kata Li.

Selanjutnya: South Korea's Central Bank Unexpectedly Holds Policy Interest Rates Steady

Menarik Dibaca: Harga Emas Pegadaian 15 Januari 2025 Antam dan UBS Kompak Naik

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie