KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemangkasan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserves (The Fed) diprediksi akan terjadi kembali pada November dan Desember 2024 mendatang. Sebelumnya, The Fed telah memangkas suku bunga hingga setengah poin persentase atau 50 basis points pada hari Rabu (18/9) menjadi 4,75%-5%.
Senior Investment Strategist Bank DBS, Daryl Ho mengatakan penurunan suku bunga akan berdampak signifikan terhadap obligasi di Indonesia. Pemangkasan tersebut cenderung menurunkan imbal hasil obligasi yang menghasilkan
capital gain bagi pemegang obligasi karena harga obligasi bergerak berlawanan dengan imbal hasil. Selain itu, pemangkasan tersebut juga akan mendorong potensi pelemahan dolar AS. Indonesia memiliki posisi utang luar negeri yang cukup besar sehingga pelemahan dolar AS membuat pembayaran utang dalam mata uang asing menjadi lebih ringan.
"Jika dolar AS tetap kuat, maka kemampuan membayar utang Indonesia akan sedikit lebih menantang. Namun tentu saja, jika dolar AS diperkirakan akan melemah karena lebih banyak pemangkasan suku bunga The Fed, maka kemampuan membayar utang menjadi sedikit lebih baik," ucap Daryl dalam acara media
briefing DBS Chief Investment Officer (CIO) Insights 4Q24: In a Sweet Spot, Senin (30/9). Pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan meningkatkan daya tarik obligasi Indonesia, terutama yang memiliki peringkat kredit BBB karena menawarkan
spread kredit yang baik dengan risiko yang relatif terukur. Obligasi dengan tenor 7 hingga 10 tahun yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia juga sangat diminati karena memberikan pengembalian yang stabil dalam jangka panjang.
Baca Juga: Saham-Saham Bank Apa yang Masih Menarik di Era Bunga Rendah? Senior Investment Strategist Bank DBS, Joanne Goh berpendapat pasar ekuitas di ASEAN, termasuk Indonesia diharapkan meraih keuntungan dari kebijakan ini. Pelemahan dolar dan pelonggaran moneter di AS akan mempercepat arus modal masuk ke pasar negara berkembang, termasuk negara-negara ASEAN. Di Indonesia, pasar saham yang didominasi sektor perbankan diproyeksikan menjadi penerima manfaat utama. Sekitar 30% kapitalisasi pasar ekuitas Indonesia adalah sektor perbankan, sehingga sektor ini akan mendapatkan manfaat dari aliran likuiditas. "Jadi, kami berpikir bahwa bank secara umum akan mendapatkan keuntungan dari aliran likuiditas sebagai proksi dari saham berkapitalisasi besar," ujar Joanne dalam acara yang sama. Meskipun suku bunga yang lebih rendah dapat memberikan tekanan pada margin bunga bersih bank, peningkatan pertumbuhan kredit yang didorong oleh biaya pinjaman yang lebih murah diharapkan akan menyeimbangkan dampak negatif tersebut. Selain perbankan, sektor lain yang akan mendapatkan keuntungan adalah sektor properti dan Dana Investasi Real Estat (DIRE) di pasar-pasar ASEAN, termasuk Indonesia. Sektor ini secara historis sensitif terhadap perubahan suku bunga. Dengan suku bunga yang lebih rendah, sektor properti dan DIRE di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Indonesia akan mendapatkan dorongan lebih lanjut, terutama dengan peningkatan permintaan properti.
Baca Juga: Ada Gelontoran Stimulus dari China, Bagaimana Efek ke Pasar Saham Indonesia? Selain itu, Indonesia sebagai salah satu pasar negara berkembang utama di ASEAN juga diuntungkan oleh tren 'China Plus One'. Kebijakan ini mendorong perusahaan global untuk mendiversifikasi rantai pasokan mereka di luar China, dan Indonesia dipandang sebagai salah satu penerima manfaat utama dari arus investasi langsung asing (FDI).
Tak hanya itu, hilirisasi komoditas yang didorong oleh pemerintah Indonesia ditambah dengan ukuran pasar konsumsi domestik yang besar semakin memperkuat daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi. Kondisi ini menjadi lebih menguntungkan di tengah pelonggaran kebijakan moneter dan suku bunga yang lebih rendah, yang pada gilirannya akan meningkatkan konsumsi domestik dan pengeluaran. Investor yang ingin memaksimalkan keuntungan menjelang akhir tahun 2024 disarankan untuk memantau sektor-sektor utama seperti perbankan, properti dan hilirisasi komoditas di Indonesia dan pasar ASEAN lainnya. Dengan ekonomi yang tangguh dan sektor konsumsi yang kuat, prospek pasar ekuitas di Indonesia tetap cerah untuk sisa tahun ini. "Jadi, secara keseluruhan, pasar Indonesia adalah salah satu pasar favorit kami sebagai pasar negara berkembang yang akan diuntungkan dari pemangkasan suku bunga," terangnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih