KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve (The Fed) mengumumkan akan mengurangi pembelian obligasi atau
tapering off mulai akhir bulan November 2021. Sebagai langkah awal, pembelian obligasi akan dipangkas sebesar US$ 15 miliar per bulan dari nilai pembelian saat ini mencapai US$ 120 miliar per bulan. Menanggapi hal ini, Research Analyst FAC Sekuritas Indonesia, Patrick Jorghy Manek, mengungkapkan, dampak
tapering off terhadap bursa saham tidak akan signifikan atau minim. Mengingat, kabar
tapering off sudah berhembus sejak awal tahun. Dengan adanya informasi tersebut, Patrick melihat pelaku pasar cenderung lebih siap menghadapi
tapering off kali ini.
"Pelaku pasar telah memproyeksikan atau mengira bahwa kebijakan
tapering off ini suatu hari nanti akan terlaksana terlihat dari data inflasi Amerika Serikat dalam beberapa waktu belakangan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (4/11).
Baca Juga: Saham-saham yang banyak dijual asing saat IHSG ditutup menguat pada Kamis (4/11) Untuk jangka pendek atau short term, aliran dana keluar atau
capital outflow memang akan terjadi, sehingga bursa akan terkonsolidasi karena ada penyesuaian. Akan tetapi, dampak yang ditimbulkan tidak akan sedalam yang pernah terjadi sebelumnya di tahun 2013. Pada saat itu, investor asing cenderung menguasai hingga 70%. Berbeda dengan saat ini, investor domestik cenderung mendominasi. "Kalau terjadi konsolidasi pun, dapat dimanfaatkan untuk
buy on weakness saham saham yang memiliki kinerja yang baik," ujarnya. Untuk jangka menengah dan panjang, dampak sentimen ini tidak signifikan atau minim. Mengingat, bursa memiliki sederet sentimen positif lain yang lebih berpengaruh seperti vaksinasi yang terus meningkat, jumlah kasus Covid-19 yang mampu ditekan, serta laporan emiten keuangan kuartal III yang mayoritas membaik.
Adapun bursa juga memiliki sentimen positif berupa
window dressing menjelang akhir tahun. Mempertimbangkan hal tersebut,pelaku pasar disarankan mencermati saham-saham yang berpotensi mengalami
window dressing di akhir tahun seperti BBRI, BBNI, BBCA, TLKM, dan ASII.
Editor: Noverius Laoli