The Fed Buka Peluang Kenaikan Suku Bunga Lanjutan, Simak Prospek Reksadana Pasar Uang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed berencana menaikkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali lagi di sisa tahun ini dengan kenaikan masing-masing 25 basis point (bps) dari level saat ini di 5,00%-5,25%. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) kemungkinan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level saat ini yang sebesar 5,75%.

Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengatakan, efek kebijakan moneter tersebut terhadap reksadana pasar uang (RDPU) masih akan positif. Tren suku bunga masih akan tinggi, sebab BI bakal menahan suku bunganya dan The Fed membuka peluang kenaikan lebih lanjut.

Namun, menurut Reza, banyak investor yang akan wait and see terlebih dahulu sambil menunggu kelanjutan langkah The Fed. Ia memprediksi, imbal hasil RDPU akan tetap positif dengan kisaran 4,5%-5,5% hingga akhir tahun 2023.


Baca Juga: Menimbang Investasi di Deposito, Reksadana, dan Obligasi, Mana yang Menarik?

Investment Specialist Sucor Asset Management Toufan Yamin menyampaikan, kebijakan moneter The Fed yang agresif telah mendorong BI untuk melakukan operation twist, yakni dengan menjual Surat Berharga Negara (SBN) tenor pendek dan membeli di tenor panjang. Hal ini berguna untuk menaikkan imbal hasil SBN tenor pendek.

Sepanjang awal tahun 2023, operation twist terus digencarkan seiring dengan usaha untuk menarik Devisa Hasil Ekspor (DHE).  "Operation twist dilakukan untuk menjaga daya tarik yield obligasi Indonesia terhadap kenaikan yield US Treasury dan stabilitas rupiah," kata Toufan saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (23/6).

Pada kuartal IV-2022 dan kuartal I-2023, kebijakan BI tersebut telah menyebabkan volatilitas pasar obligasi dengan tenor rendah menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan tenor panjang. 

Di sisi lain, tingkat bunga deposito mulai menunjukkan kenaikan seiring dengan membaiknya penyaluran kredit perbankan.

Dalam mengelola produk RDPU, fokus utama Sucorinvest Asset Management adalah menjaga tingkat likuiditas produknya. Hal ini sesuai desain RDPU sebagai produk investasi yang dapat memenuhi kebutuhan investasi dan alternatif tabungan yang fleksibel bagi seluruh kalangan investor.

Baca Juga: Reksadana ETF Tidak Kalah Untung Dibandingkan Kelas Aset Lainnya

Dana RDPU diinvestasikan pada instrumen pasar uang yang berkualitas dan penempatan deposito di perbankan yang memenuhi kriteria. Tujuannya adalah untuk menghasilkan kinerja yang optimal terhadap risiko.

"Melihat tren kenaikan suku bunga deposito, Sucorinvest Asset Management mulai mempertimbangkan untuk menambah porsi pada penempatan deposito perbankan," tutur Toufan.

Tak jauh berbeda, Reza mengungkapkan, strategi Henan Putihrai Asset Management dalam mengelola produk RDPU adalah dengan menjaga keseimbangan antara yield dan likuiditas. "Saat ini, kami menargetkan alokasi pada obligasi pasar uang sebesar 60%-75%, sedangkan penempatan pada deposito sebesar 25%-30%," ucap Reza.

Khusus untuk obligasi pasar uang, Henan Putihrai Asset Management aktif memantau penawaran perdana maupun sekunder obligasi untuk menggantikan obligasi yang akan atau telah jatuh tempo.

Berdasarkan data Infovesta, RDPU memberikan return terbesar kedua setelah reksadana pendapatan tetap. Hal ini terlihat dari Infovesta 90 Money Market Fund Index yang menghasilkan return 1,59% secara year to date (ytd) hingga Mei 2023, sedangkan Infovesta 90 Fixed Income Fund Index sebesar 3,03%. Kemudian, sepuluh RDPU dengan return tertinggi menghasilkan rata-rata return sebesar 2,07%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi