The Fed Diprediksi Akan Kerek Suku Bunga Acuan, Rupiah Berpotensi Lanjut Melemah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah diprediksi akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (16/6). Respons pelaku pasar terhadap data inflasi Amerika Serikat (AS) yang semakin tinggi masih menjadi salah satu sentimennya.

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Puteri mengatakan, inflasi AS yang tetap tinggi dapat menjadi faktor pendorong bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan. Pasar juga akan mengantisipasi hasil FOMC Meeting pada pekan ini yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga Fed Funds Rate.

"Pasar memperkirakan The Fed akan lebih agresif dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps-75 bps minggu ini," kata Reny saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/6). 


Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Optimistis Ada Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan pada 2022

Dari domestik, pelaku pasar juga merespons data neraca perdagangan yang masih melanjutkan surplus sebesar US$ 2,9 miliar.

Bernada serupa, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan The Fed mendorong penguatan dolar AS sepanjang bulan ini. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) masih tetap mempertahankan suku bunga acuan di 3,5%.

Akan tetapi, jika pelemahan kurs rupiah terus berlangsung, Sutopo melihat kemungkinan akan ada pratinjau situasi ekonomi terbaru dari BI pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung 22-23 Juni 2022 mendatang. 

"Prospek kenaikan suku bunga acuan menjadi 3,75% dimungkinkan untuk mengimbangi bank sentral lain dalam menahan gejolak inflasi domestik," ungkap Sutopo.

Sutopo memprediksi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (16/6) akan berada di kisaran Rp 14.750-Rp 14.800. 

Baca Juga: Tak Berdaya, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 14.746 Per Dolar AS Pada Rabu (15/6)

Sementara Reny memperkirakan, rentang pergerakan nilai rupiah berada di Rp 14.680-Rp 14.785 per dolar AS. 

Merujuk Bloomberg, rupiah melemah 0,31% menjadi Rp 14.745 per dolar AS pada perdagangan Rabu (15/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi