The Fed Kembali Menolak Gagasan Menaikkan Target Inflasi



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan, target inflasi yang ditetapkan oleh bank sentral sebesar 2% yang telah berusia satu dekade telah menjadi faktor kunci dalam menjaga inflasi tetap rendah di tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, mempertahankan target inflasi sebesar 2% untuk saat ini akan membantu para pembuat kebijakan untuk menurunkan tekanan harga yang tinggi.

"Kami pikir sangat penting untuk tetap berpegang pada target inflasi 2% dan tidak mempertimbangkan untuk mengubahnya," kata Powell dalam kesaksian kepada Komite Perbankan Senat AS seperti dikutip Reuters. 

Menurutnya, target inflasi 2% benar-benar menjangkar inflasi, karena kepercayaan modern adalah ekspektasi orang tentang inflasi benar-benar berdampak nyata pada inflasi. 


Baca Juga: Fed's Powell Opens The Door to Higher and Possibly Faster Rate Hikes

"Jika Anda mengharapkan inflasi naik 5% maka itu akan terjadi," katanya.

Powell bilang, The Fed membutuhkan jangkar itu sekarang.

Bank sentral AS telah menaikkan suku bunga secara agresif dan melepaskan obligasi yang dimilikinya untuk melawan tingkat tertinggi inflasi AS yang terlihat dalam beberapa dekade. 

Gangguan yang terkait dengan pandemi virus corona, ditambah dengan tingkat permintaan yang sangat kuat yang sebagian didorong oleh stimulus pemerintah, telah mengerek inflasi setelah bertahun-tahun tekanan harga turun terus-menerus di bawah target 2% The Fed.

Asal tahu saja, target inflasi 2% pertama kali diadopsi pada tahun 2012 setelah bertahun-tahun berada dalam status de facto.

Upaya The Fed untuk meredam inflasi telah membawa suku bunga acuan overnight dari level mendekati nol tahun lalu ke kisaran 4,50%-4,75% saat ini. 

Powell mencatat pada hari Selasa bahwa persistensi inflasi tinggi di tengah kekuatan ekonomi yang lebih luas dapat menyebabkan bank sentral mempercepat laju kenaikan suku bunga di masa depan dan melangkah lebih jauh dari waktu ke waktu.

Usaha Menyeimbangkan

Karena The Fed berupaya mengendalikan inflasi, ia dirundung kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunganya akan mendorong ekonomi ke dalam resesi dan mendorong pengangguran dengan jumlah yang tidak dapat ditolerir. 

Hal itu menyebabkan beberapa kritikus mengatakan bahwa Fed mungkin ingin menggeser target inflasinya dari 2%, sehingga membuatnya lebih mudah untuk mencapai tingkat yang diinginkan sambil meminimalkan risiko terhadap ekonomi yang lebih luas.

Pejabat Fed telah berulang kali menolak gagasan itu. Mereka berpendapat bahwa melakukan hal itu sekarang akan merusak kredibilitas mereka dengan pasar dan publik yang lebih luas, yang di masa depan akan mengharapkan bank sentral mengubah target inflasinya berdasarkan kemanfaatan dari tantangan apa pun yang dihadapinya.

Baca Juga: Powell: The Fed Mungkin Perlu Menaikkan Suku Bunga Lebih Tinggi dan Cepat

Pembuat kebijakan juga percaya membiarkan inflasi lebih dari 2% akan membantu menanamkan tekanan harga tinggi ke dalam ekonomi dan mempersulit penurunan inflasi di masa depan.

Bank sentral utama lainnya juga menargetkan inflasi 2%. Banyak yang mempertanyakan mengapa para pejabat tertarik pada angka itu, daripada sesuatu seperti nol, yang secara teori adalah tingkat yang paling sejalan dengan tekanan inflasi yang tidak berubah. 

Bank sentral Selandia Baru adalah bank sentral yang pertama mencoba target 2%.

Para bankir bank sentral membantah bahwa 2% memberi mereka perlindungan: Ini tidak terlalu tinggi untuk mencapai kenaikan harga keseluruhan yang nyata, dan ini membantu bank sentral menghindari penurunan harga langsung, yang oleh sebagian besar ekonom dianggap merusak kesehatan ekonomi.

"Anda mungkin mengatakan, '0% inflasi, harga stabil, tidak ada inflasi, itu masuk akal,'" kata Pejabat Fed New York John Williams pada 19 Januari. 

Williams mengatakan, jika bank sentral mencoba untuk mendorong inflasi juga rendah, itu berisiko mendorong tingkat target bank sentral ke nol juga. Jika hal ini terjadi, maka akan membuat bank sentral lebih sulit untuk melakukan kebijakan moneter.

"Jawaban 2% goldilocks, jika Anda mau, benar-benar tentang menyeimbangkan sasaran stabilitas harga dan sasaran lapangan kerja maksimum, dengan mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi interaksi antara keduanya," kata Williams.

Editor: Herlina Kartika Dewi