KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Jepang dan China mengurangi kepemilikan pada
treasury Amerika Serikat (AS) pada Mei hingga ke level terendah sejak beberapa tahun terakhir. Penurunan terjadi karena kenaikan suku bunga yang dilakukan The Fed yang berdampak pada penurunan imbal hasil
treasury. Berdasarkan data Departemen Keuangan AS, kepemilikan Jepang pada
treasury AS turun per Mei menjadi US$ 1,212 triliun. Angka tersebut terendah sejak Januari 2020. Adapun pada bulan sebelumnya, kepemilikan Jepang mencapai US$ 1,218 triliun. Kepemilikan China terhadap surat utang AS turun menjadi US$ 980,8 miliar, terendah sejak Mei 2010 yang berada di US$ 843,7 miliar. Sementara pada bulan April, kepemilikannya masih sekitar US$ 1,003 triliun.
Ini merupakan pertama kalinya kepemilikan China atas surat utang AS turun ke bawah US$ 1 triliun dalam 12 tahun terakhir. Ini menandakan
terasury AS berpotensi kurang menarik di tengah kenaikan suku bunga.
Baca Juga: Ekonom Wall Street Ini Meyakini AS Mengalami Resesi Palsu, Ini Alasannya China telah mengurangi kepemilikan pada
treasury AS selama enam bulan berturut-turut. Penurunan kepemilikan China atas surat utang AS juga dikaitkkan dengan upaya Beijing untuk mendiversifikasi portofolio utang luar negerinya. Aksi jual yang dilakukan China dan Jepang justru di saat imbal hasil
terasury AS turun.
Benchmark hasil
terasury 10 tahun di awal Mei sekitar 2,996%, turun 15 basis poin pada akhir bulan menjadi 2,844%. Secara keseluruhan, kepemilikan asing pada
treasury AS per Mei telah turun menjadi US$ 7.421 triliun. Ini terendah sejak Mei 2021. Pada bulan April, kepemilikan asing mencapai US$ 7.455. "Ini adalah bulan lanjutan dimana asing melakukan aksi jual. Namun, penjualan tampaknya mulai melambat karena pergerakan suku bunga yang lebih tinggi," kata Gennadiy Goldberg, Senior Rates Strategist TD Securities in New York seperti dikutip Reuters, Rabu (20/7). Menurutnya, aksi jual Jepang dan China juga masih kelanjutan dari tren aksi jual yang dilakukan baru-baru ini. Ia melihat penjualan investor dari dua negara itu sudah melambat jika dibandingkan dari bulan Maret. Berdasarkan basis transaksi,
treasury AS mencatatkan arus masuk asing sebesar US$ 99,84 miliar pada bulan Mei, terbesar sejak Maret 2021. Itu setelah bulan April terjadi arus keluar US$ 1,153 miliar. The Fed telah mengerek suku. bunga 50 bps pada Mei dan 75 bps pada juni untuk meredam inflasi. Investor memperkirakan Juli ini akan kenaikan 75 bps lagi.
Baca Juga: Amnesty International Temukan Bukti Kejahatan Perang yang Dilakukan Militer Myanmar Di kelas aset lainnya, investor asing menjual ekuitas AS pada bulan Mei selama lima bulan berturut-turut sebesar US$ 9,15 miliar, dari arus keluar US$7,04 miliar pada bulan April. S&P 500 telah turun hampir 20% sejak awal tahun. Obligasi korporasi AS membukukan arus masuk pada bulan Mei sebesar US$ 4,46 miliar, turun dari arus masuk US$ 22,5 miliar pada bulan sebelumnya. Investor asing adalah pembeli bersih obligasi korporasi AS selama lima bulan berturut-turut. Data juga menunjukkan investor AS sekali lagi mengurangi kepemilikan mereka atas sekuritas asing jangka panjang, dengan penjualan bersih $22,8 miliar di bulan Mei dari penjualan US$ 36,7 miliar di bulan April.
Editor: Tendi Mahadi