The Fed mempertahankan suku bunga rendah, berikut efeknya ke IHSG



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam simposium ekonomi Jackson Hole di Amerika Serikat (AS) yang berlangsung akhir pekan lalu, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell memberi indikasi bahwa tapering akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang. Meskipun begitu, dia menyampaikan Covid-19 tetap menjadi ancaman bagi perekonomian dan tapering tidak akan menjadi sinyal untuk kenaikan suku bunga.

Asal tahu saja, tapering merupakan kebijakan The Fed dalam mengurangi pembelian obligasi US Treasury dan mortgage-backed security atau efek beragun aset. Hal ini dilakukan ketika perekonomian AS sudah membaik, serta inflasi dan pasar tenaga kerja sudah memuaskan. Pada umumnya, tapering akan membuat aliran modal keluar dari negara emerging markets dan kembali ke AS yang selanjutnya bisa memengaruhi nilai tukar mata uang.

Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menilai, kebijakan The Fed untuk mengulur tapering dan mempertahankan suku bunga rendah dapat membawa angin segar ke pasar keuangan. Pasalnya, aset berisiko seperti saham dan komoditas berpotensi naik lebih tinggi.


Baca Juga: Risiko tapering off membayangi, ekonom imbau BI lakukan stress test segera

Tingkat suku bunga yang tetap rendah juga dapat membuat nilai tukar dolar AS semakin melemah. Dengan begitu, dana investor asing juga diyakini akan kembali masuk ke Indonesia. "Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan depan akan bergerak positif dengan support di level 5.980 dan resistance di 6.131," kata Robertus kepada Kontan.co.id, Minggu (29/8).

Menurut Robertus, saat ini adalah waktu yang baik bagi investor untuk mulai mengakumulasi kembali saham-saham kategori blue chip, terutama yang sensitif terhadap suku bunga seperti sektor perbankan. Pasalnya, kebijakan The Fed untuk mempertahankan suku bunga di level terendahnya diyakini juga akan diadopsi oleh Bank Indonesia.

Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih juga melihat, investor memandang positif pernyataan Powell tersebut. "Karena ternyata rencana tapering tidak sedrastis yang dikhawatirkan pelaku pasar," ungkap Alfatih.

Menurut dia, IHSG pekan ini masih akan terkonsolidasi di kisaran yang relatif sama dengan minggu lalu. Alfatif memperkirakan, IHSG akan tertahan di level support 6.030-5.990 dengan potensi kenaikan ke arah 6.067-6.100.

Baca Juga: Terpengaruh pernyataan The Fed, simak pergerakan IHSG untuk Senin (30/8)

Alfatih juga menilai, The Fed akan melakukan kebijakan tapering secara bertahap. Dengan begitu, dampaknya tidak akan separah tapering yang terjadi tahun 2013. "Pasar keuangan akan lebih bisa menyesuaikan dan terhindar dari goncangan besar," ucap dia.

Robertus pun berpendapat, kebijakan tapering oleh The Fed tidak akan berpengaruh signifikan terhadap mata uang rupiah dan IHSG. Alasannya, Bank Indonesia telah menyiapkan serangkaian instrumen kebijakan berupa intervensi di pasar untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah.

Hingga akhir tahun, seiring dengan masih ditahannya suku bunga The Fed di level rendah, Robertus meyakini IHSG dapat kembali ke level tertingginya tahun ini, yakni di kisaran 6.400-6.500. Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga memprediksi, IHSG masih berpeluang menguat pada bulan November-Desember 2021.

IHSG pada akhir tahun diperkirakan akan lebih mengarah ke skenario base MNC Sekuritas yakni di level 6.321 dan skenario bear di 5.651. Sementara Alfatih memasang level 6.700 untuk skenario optimis, 6.400 untuk skenario moderat, dan 5.800 untuk skenario pesimis.

Baca Juga: Mayoritas emiten ritel Kompas100 mencetak kenaikan kinerja, ini yang paling menarik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati