KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50
basis points (bps), Meski kenaikan suku bunga ini sejalan dengan prediksi pasar, langkah ini membuat pasar semakin fluktuatif. Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti mengatakan, usai keputusan kebijakan moneter AS yang memperlambat kenaikan suku bunga, pasar saham masih akan bergerak fluktuatif. "Memperlambat kenaikan suku bunga berarti semakin memperlama terjadinya kenaikan tarif, sehingga tekanan atas konsumsi dan daya beli masyarakat serta tekanan margin laba perusahaan juga akan semakin lama," ujar Desy kepada Kontan.co.id, Kamis (15/12).
Desy melihat tekanan atas sentimen kenaikan suku bunga hanya akan dalam jangka pendek saja. "Level
support IHSG di level 6.600 dan target kami hingga akhir tahun ini masih di level 7,380," imbuh dia.
Baca Juga: The Fed Menaikkan Suku Bunga, Bursa Asia Kompak Turun pada Kamis (15/12) Desy memperkirakan tekanan pada IHSG menjadi peluang bagi investor untuk masuk ketika harga saham masih terdiskon dan valuasinya cenderung murah. Dia menyebut, IHSG masih akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen seperti potensi perlambatan ekonomi global, inflasi tinggi, kenaikan suku bunga dan perang yang kian memanas. Sementara, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, hasil rapat The Fed sudah sesuai konsensus. Dia memperkirakan, The Fed masih akan mengerek suku bunga hingga level tertinggi di 5,1%. Arjun memprediksikan tren kenaikan suku bunga masih akan berlanjut di semester pertama tahun depan. Tapi akan ada potensi
surprise upside pada semester kedua 2023 seiring semakin melandainya inflasi dan berhentinya tren kenaikan suku bunga acuan. Dari dalam negeri, tahun 2023 menandai musim kampanye pemilu yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Dengan skenario moderat, IHSG diprediksi mencatatkan kenaikan sebesar 5,40%. "Sementara jika dengan skenario lebih optimis, IHSG diprediksi mencatatkan
return 11% pada tahun 2023. Dapat dikatakan IHSG akan berada di kisaran 7.500–7.800 pada akhir tahun 2023," imbuh Arjun.
Baca Juga: The Fed Kembali Mengerek Suku Bunga, Investor Perlu Lebih Cermat Memilih Saham Arjun mengatakan kenaikan suku bunga acuan akan membuat investasi di AS lebih menarik. Sehingga jika BI tidak mengikuti kenaikan, selisih suku bunga instrumen investasi AS dan Indonesia akan semakin menyempit dan membuat investor asing lebih tertarik untuk mengalihkan dananya ke AS.
"The Fed menaikkan suku bunga akan berdampak negatif terhadap IHSG di hari berikutnya. Terlihat hari ini IHSG mencatat penurunan akibat pernyataan Gubernur The Fed yang mengindikasikan tidak akan ada penurunan FFR di 2023 padahal market berharap akan ada penurunan di 2023," kata Arjun. Dia menyebut, investor bisa masuk pasar domestik dengan memperhatikan saham-saham yang punya fundamental kuat dan prospek bagus. Arjun merekomendasikan saham-saham seperti
BBCA dengan target harga Rp 9.400,
BMRI dengan target harga 11.000,
BBNI dengan target harga 9.900, dan
BBRI dengan target harga 5.200. Selanjutnya,
ICBP dengan target harga Rp 10.600,
INDF dengan target harga Rp 7.175,
AMRT dengan target harga Rp 2.940,
PGAS dengan target harga Rp 1.990, dan
ADRO dengan target harga Rp 4.170. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati