JAKARTA. Komite Ekonomi Nasional (KEN) menilai, saat ini sejumlah asumsi makro dalam APBN 2011 sudah tak relevan. Untuk itu, Sekretaris KEN Aviliani menyarankan, pemerintah segera merevisi asumsi, makro yang ada saat ini. Menurutnya, asumsi makro yang dibuat pemerintah terlalu optimis bisa tercapai, jika melihat situasi dan kondisi saat ini. “Sejauh ini harus dan perlu direvisi,” singkatnya, Rabu (2/3). Maklum saja, pasalnya Aviliani menilai, gejolak harga pangan dan minyak dunia saat ini menyebabkan sejumlah asumsi tidak lagi relevan. Ia memaparkan, salah satu asumsi makro yang menurutnya perlu direvisi itu ialah inflasi. Misalnya inflasi yang diprediksi pemerintah hanya 5,3%, sedangkan proyeksi KEN sekitar 6,5. “Pemerintah belum terlihat mengamankan, sangat bahaya, bisa berpotensi ke 8%, " hitungnya. Maklum saja, pasalnya dalam situasi gejolak harga pangan dan minyak mentah dunia yang terus meningkat, ukuran inflasi di level 0% pun belum tentu diikuti dengan harga murah. “Bisa saja harga tetap mahal karena orang punya ekspektasi harga pangan dan BBM akan naik. Jadi dua itu akan mendominasi makanya pemerintah belum berani cabut subsidi karena diperkirakan akan menjebol inflasi,” terangnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tidak ada pengamanan, inflasi bisa ke 8%
JAKARTA. Komite Ekonomi Nasional (KEN) menilai, saat ini sejumlah asumsi makro dalam APBN 2011 sudah tak relevan. Untuk itu, Sekretaris KEN Aviliani menyarankan, pemerintah segera merevisi asumsi, makro yang ada saat ini. Menurutnya, asumsi makro yang dibuat pemerintah terlalu optimis bisa tercapai, jika melihat situasi dan kondisi saat ini. “Sejauh ini harus dan perlu direvisi,” singkatnya, Rabu (2/3). Maklum saja, pasalnya Aviliani menilai, gejolak harga pangan dan minyak dunia saat ini menyebabkan sejumlah asumsi tidak lagi relevan. Ia memaparkan, salah satu asumsi makro yang menurutnya perlu direvisi itu ialah inflasi. Misalnya inflasi yang diprediksi pemerintah hanya 5,3%, sedangkan proyeksi KEN sekitar 6,5. “Pemerintah belum terlihat mengamankan, sangat bahaya, bisa berpotensi ke 8%, " hitungnya. Maklum saja, pasalnya dalam situasi gejolak harga pangan dan minyak mentah dunia yang terus meningkat, ukuran inflasi di level 0% pun belum tentu diikuti dengan harga murah. “Bisa saja harga tetap mahal karena orang punya ekspektasi harga pangan dan BBM akan naik. Jadi dua itu akan mendominasi makanya pemerintah belum berani cabut subsidi karena diperkirakan akan menjebol inflasi,” terangnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News