Tidak dibunuh, tak dipenjara, ini kabar terbaru Jack Ma



KONTAN.CO.ID -

  BEIJING. Sempat diisukan hilang, dipenjara bahkan dibunuh, Jack Ma akhirnya terlihat di depan publik. Kemunculan Jack Ma menghilangkan spekulasi yang intens tentang nasib miliarder yang bergulat dengan meningkatnya pengawasan pemerintah China atas kerajaan internetnya itu.

Mengutip Hindustantimes, Rabu (20/1), Jack Ma, pengusaha China, pendiri Alibaba dan Ant, muncul dengan berbicara kepada sejumlah guru pada konferensi online pada hari Rabu (20/1). Itu merupakan bagian dari acara tahunan yang diselenggarakan miliarder tersebut untuk menjelaskan pencapaian pendidik di pedesaan. Kemunculan Jack Ma pertama kali dilaporkan di blog lokal, kemudian dikonfirmasi oleh orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.


Baca Juga: Jelang pergantian presiden AS, investasi perusahaan China diperlonggar

Kemunculan kembali Jack Ma dapat membantu memadamkan rumor yang terus-menerus tentang nasibnya. Sementara itu regulator China masih terus melakukan penyelidikan terhadap raksasa keuangan online Ant Group Co. dan Alibaba Group Holding Ltd terkait persaingan usaha.  

Jack Ma tidak terlihat publik sejak awal November tahun lalu, ketika regulator China menggagalkan IPO Ant senilai US$ 35 miliar. Regulator memperketat regulasi fintech, lalu memerintahkan perombakan Ant dan meluncurkan penyelidikan antitrust terpisah ke Alibaba. Semua itu dilakukan China hanya dalam beberapa hari.

Baca Juga: Dua perusahaaan milik Jack Ma kabarnya bakal dinasionalisasi pemerintah China

Serangan terhadap kerajaan korporasi Jack Ma yang bernilai triliunan dolar merangkum kampanye yang lebih luas untuk mengendalikan generasi raksasa teknologi China yang sekarang dipandang Beijing sebagai pemegang kendali yang terlalu besar atas ekonomi nomor dua dunia itu. 

Aksi terburu-buru regulator China itu menunjukkan bagaimana Beijing telah kehilangan kesabaran dengan kekuatan besar dari para penguasa teknologi, yang sekarang dianggap sebagai ancaman bagi stabilitas politik dan keuangan China.

Editor: Adi Wikanto