Tidak mudah bagi Bulog menyerap 850.000 ton



KONTAN.CO.ID - Tugas berat yang dibebankan kepada Perum Bulog untuk menyerap 850.000 ton gabah dan beras pada semester kedua tahun 2017 ini tidaklah mudah. Meskipun pemerintah telah memberikan fleksibilitas kenaikan harga 10% di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP), tapi itu tidak menjadi jaminan Bulog mampu melaksanakan tugas tersebut.

Salah satu penyebabnya adalah produksi gabah pada semester kedua tahun ini diprediksi turun. Sebab pada tahun ini, Indonesia sudah mulai memasuki musim paceklik di sejumlah sentra produksi pangan. Selain itu, serangan hama wereng juga turut mengancam produksi padi.

Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan keberhasilan Bulog menyerap gabah dan beras sebesar 850.000 ton pada paruh kedua tahun ini sangat ditentukan ketersediaan pasokan di lapangan. "Jadi tergantung, ada apa tidak barang yang sesuai dengan yang dibutuhkan," ujar Djarot kepada KONTAN, Jakarta, Kamis (10/8).


Djarot mengatakan sebagai operator, Bulog tetap menjalankan apa pun penugasan pemerintah. Meskipun nantinya kalau di lapangan, Bulog tidak menemukan beras yang sesuai dengan spesifikasi yang diserap, Djarot memastikan, pihaknya tidak akan mengusulkan untuk impor.

Fajar Pamuji, Ketua Bidang Tanaman Pangan, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengatakan pihaknya pesimistis Bulog dapat menyerap gabah dan beras sebesar 850.000 ton pada lima bulan terakhir ini.

Pasalnya, serangan hama wereng saat ini sangat tinggi dan berpotensi membuat produksi pertanian turun hingga 50%. Hama wereng saat ini sudah menyebar di berbagai daerah dan menyerang tanaman padi. "Akibat serangan hama wereng ini, petani sudah mulai memanen padinya lebih cepat,"ujarnya.

Fajar menjelaskan, biasanya dalam satu hektare lahan dapat menghasilkan hingga 7 ton. Namun, akibat serangan hama hasil produksi lahan satu hektar hanya menghasilkan maksimal 4 ton. Untuk mengatasi terulangnya kejadian tersebut adalah dengan meneruskan pemberian bibit yang tahan hama pada petani. Langkah lain adalah dengan pemberian pupuk kompos. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto