KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Renewable Energy (
PNRE) mengusahakan
commercial operation date (COD) Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 1 sesuai dengan target yakni pada akhir tahun ini.
Sebelumnya, PLTGU Jawa 1 ditargetkan bisa memasuki tahapan COD di Desember 2021. Hanya saja, realisasinya meleset dari target karena pembangkit ini dinilai kompleks.
Asal tahu saja, PLTGU Jawa 1 menggunakan generasi terbaru
single shaft combined cycle gas turbine yang memberikan efisiensi termal tinggi hingga 65% dan harga jual listrik yang kompetitif.
Corporate Secretary Pertamina NRE, Dicky Septriadi menyatakan berdasarkan informasi yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa COD PLTGU Jawa 1 akan dilaksanakan di akhir tahun ini dan tidak mundur.
“Direncanakan COD pembangkit ini masih dengan
timeline-nya yakni akhir 2023, kami masih berupaya optimal,” ujarnya kepada
Kontan.co.id, Senin (11/12).
Dia memastikan, seluruh proses masih berjalan dengan baik.
Baca Juga: Pertamina Geothermal Energy&Chevron Siap Garap WKP Way Ratai Kembangkan Energi Bersih Sebelumnya, CEO Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), Dannif Danusaputro, mengatakan bahwa PLTGU berkapasitas 2 x 880 megawatt (MW) tersebut dijadwalkan memasuki tahapan COD pada akhir tahun.
“Yang cukup membanggakan (dari PLTGU Jawa 1) adalah tarif yang sangat kompetitif, lebih murah dari batubara, karena gasnya dari PLN yang dialokasikan dari (Blok) Tangguh,” sambungnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (26/11). Seperti diketahui, PLTGU Jawa 1 merupakan bagian dari mega proyek 35.000 MW. Dalam catatan Kontan.co.id, PLTGU dengan total kapasitas 1.760 MW ini memiliki nilai investasi sebesar US$ 1,8 miliar. Proyek PLTGU Jawa-1 ini memiliki dua
project company yaitu PT Jawa Satu Power (JSP) dan PT Jawa Satu Regas (JSR). JSP bertanggung jawab untuk melakukan desain, konstruksi, dan mengoperasikan PLTGU Jawa-1, sementara JSR bertanggung jawab atas desain dan konstruksi serta pengoperasian fasilitas FSRU yang akan menerima LNG dari kilang Tangguh. Saham JSP dimiliki oleh konsorsium Pertamina NRE, Marubeni, dan Sojitz dengan kepemilikan saham Pertamina NRE 40%, Marubeni 40%, dan Sojitz 20% .
Sedangkan saham JSR sebagian besar dimiliki oleh konsorsium PPI, Marubeni, Sojitz dan sisanya dimiliki oleh PT Humpuss Intermoda Transportasi dan Mitsui O.S.K Lines (MOL). Kepemilikan pada JSR adalah Pertamina NRE 26%, Marubeni 20%, Sojitz 10%, Humpuss 25%, dan MOL 19%.
Baca Juga: Ini Sejumlah Batu Sandungan yang Dihadapi Indonesia Saat Masa Transisi Energi Proyek ini akan menghubungkan ketersediaan pasokan gas di Indonesia Timur, Papua dengan kebutuhan listrik di Indonesia bagian barat, khususnya di Pulau Jawa.
Berdasarkan pemaparan Kementerian ESDM, pasokan LNG dari kilang LNG BP Tangguh akan diregasifikasi di Kapal
Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Jawa Satu yang bersandar di lepas pantai Cilamaya. Nantinya gas akan dikirim melalui pipa sepanjang 21 km ke PLTGU Jawa Satu untuk memproduksi listrik hingga 1.760 Mega Watt. Perlu jadi catatan, sejak awal FSRU Jawa Satu didesain untuk menaikkan kargo LNG ke kapal yang lebih kecil sesuai permintaan PLN agar ke depan FSRU ini menjadi hub LNG. Oleh karenanya, utilisasi LNG selain pasok ke pembangkit Jawa Satu Power, juga bisa memasok ke pembangkit kecil di seputar Sulawesi, Kalimantan bagian selatan dan bagian barat, bahkan hingga ke Bali serta Lombok. FSRU ini telah dioperasikan oleh anak usaha PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (
HITS) yakni PT GTS International Tbk (
GTSI).
Direktur GTS International, Dandun Widodo menyampaikan sejak kedatangannya pada awal 2021, FSRU Jawa Satu difungsikan sebagai
storage dan memindahkan muatan LNG ke kapal-kapal kecil untuk melayani kebutuhan FSRU Benoa, Bali dan FSRU Gorontalo. Kegiatan ini disebut
break bulking. “Belum beroperasinya COD PLTGU Jawa 1 sejatinya tidak berpengaruh secara signifikan ke kinerja keuangan Perusahaan karena kami hanya memiliki 25% saham di proyek tersebut,” ujarnya dihubungi terpisah.
Di sepanjang tahun ini Dandun optimistis GTSI akan meraih pertumbuhan
net profit hingga 50% dibandingkan dengan tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati