JAKARTA. Kementerian Keuangan melalui Badan Kebijakan Fiskal, menyatakan tidak tertutup kemungkinan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di tahun 2014.Pelaksana Tugas Kepala BKF Andin Hadiyanto mengungkapkan, kemungkinan kenaikan harga BBM subsidi itu dapat dilakukan karen impor minyak saat ini masih terus membebani neraca transaksi berjalan atau current account sehingga mengakibatkan terjadinya defisit.Menurut Andin, kenaikan harga BBM merupakan hal yang biasa dilakukan oleh negara-negara lain yang melakukan reformasi energi. Selain itu, hal tersebut juga dilakukan secara konsisten."Tidak tertutup kemungkinan. Bahwa reformasi subsidi di berbagai negara berkembang, pasti harus konsisiten dan terukur, jadi tidak bisa sporadis. Jadi harus dibuat road map (kerangka kebijakan) dulu," ujar Andin dalam diskusi Laporan Perekonomian Indonesia 2013 di Gedung BI, Jakarta, Rabu (2/4).Andin menambahkan, tingginya kebutuhan konsumsi BBM di Indonesia kurang bisa diimbangi dengan peningkatan produksi minyak. Bahkan kedepannya, produksi minyak dalam negeri diperkirakan akan terus menurun karena persediaan minyak di Indonesia hanya tinggal 4 miliar barrel.Angka itu jauh lebih rendah ketimbang Arab Saudi yang memiliki cadangan minyak 180 miliar barrel, Venezuella yang memiliki cadangan minyak 240 miliar barrel dan Brasil dengan cadangan minyak tertinggi mencapai 320 miliar barrel.Tingkat konsumsi BBM yang terus meningkat setiap tahun, tentu menjadi keprihatinan tersendiri. Dengan jumlah cadangan minyak yang hanya sebesar 4 miliar barrel dan tingkat konsumsi yang terus tumbuh, maka cadangan minyak dalam negeri mungkin akan habis tidak sampai 15 tahun sampai dengan 20 tahun mendatang."Sehingga memang memerlukan langkah-langkah isu ketahanan energi," jelas Andin.Untuk mengurangi ketergantungan subsidi, pemerintah juga akan terus melakukan reformasi energi dengan peningkatan penggunaan energi ramah lingkungan dan melakukan pembatasan dalam penggunaan BBM subsidi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tidak tertutup harga BBM subsidi naik tahun ini
JAKARTA. Kementerian Keuangan melalui Badan Kebijakan Fiskal, menyatakan tidak tertutup kemungkinan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di tahun 2014.Pelaksana Tugas Kepala BKF Andin Hadiyanto mengungkapkan, kemungkinan kenaikan harga BBM subsidi itu dapat dilakukan karen impor minyak saat ini masih terus membebani neraca transaksi berjalan atau current account sehingga mengakibatkan terjadinya defisit.Menurut Andin, kenaikan harga BBM merupakan hal yang biasa dilakukan oleh negara-negara lain yang melakukan reformasi energi. Selain itu, hal tersebut juga dilakukan secara konsisten."Tidak tertutup kemungkinan. Bahwa reformasi subsidi di berbagai negara berkembang, pasti harus konsisiten dan terukur, jadi tidak bisa sporadis. Jadi harus dibuat road map (kerangka kebijakan) dulu," ujar Andin dalam diskusi Laporan Perekonomian Indonesia 2013 di Gedung BI, Jakarta, Rabu (2/4).Andin menambahkan, tingginya kebutuhan konsumsi BBM di Indonesia kurang bisa diimbangi dengan peningkatan produksi minyak. Bahkan kedepannya, produksi minyak dalam negeri diperkirakan akan terus menurun karena persediaan minyak di Indonesia hanya tinggal 4 miliar barrel.Angka itu jauh lebih rendah ketimbang Arab Saudi yang memiliki cadangan minyak 180 miliar barrel, Venezuella yang memiliki cadangan minyak 240 miliar barrel dan Brasil dengan cadangan minyak tertinggi mencapai 320 miliar barrel.Tingkat konsumsi BBM yang terus meningkat setiap tahun, tentu menjadi keprihatinan tersendiri. Dengan jumlah cadangan minyak yang hanya sebesar 4 miliar barrel dan tingkat konsumsi yang terus tumbuh, maka cadangan minyak dalam negeri mungkin akan habis tidak sampai 15 tahun sampai dengan 20 tahun mendatang."Sehingga memang memerlukan langkah-langkah isu ketahanan energi," jelas Andin.Untuk mengurangi ketergantungan subsidi, pemerintah juga akan terus melakukan reformasi energi dengan peningkatan penggunaan energi ramah lingkungan dan melakukan pembatasan dalam penggunaan BBM subsidi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News