WASHINGTON. The Federal Reserve (the Fed) sepertinya belum mau membuka diri terkait informasi penyerahan dana talangan atau bailout senilai US$ 2 triliun. Buktinya, hingga sekarang, the Fed menolak memberikan identifikasi siapa saja pihak-pihak yang sudah menerima komitmen pinjaman darurat yang berasal dari pajak warga Amerika tersebut.Padahal Pimpinan the Fed Ben S Bernanke dan Menteri Keuangan Henry Paulson pada September lalu bilang, mereka akan mengikuti permintaan Kongres untuk melakukan transparansi pada pengucuran dana senilai US$ 700 miliar. Namun dua bulan kemudian, jumlah dana yang dikucurkan the Fed semakin membengkak karena adanya program-program penyelamatan yang lain. Ironisnya, warga Amerika tidak mengetahui ke mana uang yang mereka bayarkan pergi atau kepada siapa dana tersebut dipinjamkan. “Tidak ada pengumuman atau informasi kepada publik mengenai perjanjian dana darurat itu. Ini merupakan masalah besar. Memang, dalam pasar yang likuid hal itu tidak menjadi masalah, namun saat ini kondisi sangat rentan dan penuh ketidakpastian,” jelas Dan Fuss, vice chairman Loomis Sayles & Co.
Tidak Transparan, The Fed Ingkar Janji
WASHINGTON. The Federal Reserve (the Fed) sepertinya belum mau membuka diri terkait informasi penyerahan dana talangan atau bailout senilai US$ 2 triliun. Buktinya, hingga sekarang, the Fed menolak memberikan identifikasi siapa saja pihak-pihak yang sudah menerima komitmen pinjaman darurat yang berasal dari pajak warga Amerika tersebut.Padahal Pimpinan the Fed Ben S Bernanke dan Menteri Keuangan Henry Paulson pada September lalu bilang, mereka akan mengikuti permintaan Kongres untuk melakukan transparansi pada pengucuran dana senilai US$ 700 miliar. Namun dua bulan kemudian, jumlah dana yang dikucurkan the Fed semakin membengkak karena adanya program-program penyelamatan yang lain. Ironisnya, warga Amerika tidak mengetahui ke mana uang yang mereka bayarkan pergi atau kepada siapa dana tersebut dipinjamkan. “Tidak ada pengumuman atau informasi kepada publik mengenai perjanjian dana darurat itu. Ini merupakan masalah besar. Memang, dalam pasar yang likuid hal itu tidak menjadi masalah, namun saat ini kondisi sangat rentan dan penuh ketidakpastian,” jelas Dan Fuss, vice chairman Loomis Sayles & Co.