Tiga alasan kenapa BI rate mesti turun



JAKARTA. Pengamat ekonomi memandang sudah saatnya Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga alias BI rate dari saat ini sebesar 7,5%. Sedikitnya, ada tiga alasan yang kuat sehingga bank sentral tersebut disarankan untuk menurunkan suku bunganya.

Pertama, melihat kondisi perekonomian terkini yang masih belum membaik sudah saat BI memberikan stimulus berupa penurunan bunga acuan (BI rate).

Berly Martawardaya, Ekonom Universitas Indonesia mengatakan, penurunan BI rate sudah saatnya dilakukan saat ini dan tidak perlu menunggu perkembangan perekonomian sampai akhir tahun. "Kebijakan fiskal sudah dikeluarkan pemerintah, tapi kebijakan moneternya yang belum," kata dia ke KONTAN, Senin (2/11).


Kedua, sepanjang dua bulan berturut-turut terjadi deflasi. Di mana, deflasi pada Oktober 2015 mencapai 0,08%. Alhasil, tingkat inflasi sepanjang Januari hingga Oktober sebesar 2,16%, sedangkan inflasi tahunan mencapai 6,25%.

Berly bilang, inflasi tahunan cukup tinggi lantaran besaran inflasi pada November dan Desember 2014 yang tinggi pasca kenaikan harga bahan bakar minyak. "Dua bulan berturut-turut deflasi, saya rasa sudah cukup kuat BI rate untuk turun," kata dia.

Mohammad Faisal, Ekonom Core Indonesia mengatakan, seharusnya selisih antara BI rate dengan inflasi tahunan tidak berbeda jauh. Apalagi, hingga akhir tahun, inflasi hanya diproyeksikan mencapai sekitar 3%.

"Terkait pelemahan daya beli yang terus menurun, memang perlu kebijakan moneter. Indonesia perlu melihat bank sentral Vietnam yang telah menurunkan suku bunganya hingga tiga kali," kata Faisal.

Alasan ketiga, stabilitas nilai tukar rupiah. Menurut Faisal, meskipun nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat sempat melemah, namun belakang sudah mulai stabil.

Dengan begitu, BI tidak perlu khawatir penurunan suku bunga akan mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah. "Dulu kan alasannya menunda BI rate karena kekhawatiran rupiah, sekarang kan sudah menguat," kata Faisal.

Ia menambahkan, penurunan suku bunga dapat dilakukan secara bertahap yakni mulai 0,25% dan ditinjau kembali dengan kondisi inflasi tahunan yang terjadi pada akhir November nanti. "Jangan sampai selisih inflasi dan BI rate lebih dari 2%," ujarnya.

Muhammad Yazid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia