KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) IV tahun ini mulai aktif melakukan konsolidasi, salah satunya yaitu melalui rencana pembelian bank alias akuisisi. Terbaru misalnya, PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) yang mengaku memiliki kelebihan modal sebesar Rp 30 triliun. Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirtjoatmodjo mengungkap pihaknya berencana untuk membeli satu bank menengah yang bakal dijadikan pelengkap layanan perusahaan. Walau tidak merinci secara detail nama bank yang disasar, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan saat ini pihaknya sedang melakukan pengkajian terhadap dua bank menengah yang dinilai potensial.
Belakangan, santer disebutkan Bank Mandiri kini tengah menjajaki rencana akuisisi PT Bank Permata Tbk (
BNLI). Hal ini mulai ramai dibicarakan pasca salah satu pemegang saham Bank Permata yaitu Standard Chartered berniat untuk melepas sahamnya sebesar 44,56%. Mengenai hal tersebut, Tiko sapaan akrab Kartika tak mau berkomentar. Hanya saja, ia memberi isyarat kalau bukan cuma Bank Permata saja yang dijadikan incaran perusahaan. "Bukan cuma satu bank ini, tapi ada bank-bank lain yang kalau mau dilepas kita lihat. Karena ada ekses
capital yang mau kita
deploy, tentunya tergantung harga, sinergi bisnis dan
adding value-nya untuk pemegang saham," ujarnya di Jakarta, Senin (18/3). Sementara mengenai jangka waktu proses akuisisi, Tiko mengakui tidak bisa dipastikan lantaran menurutnya hal tersebut tergantung dari negosiasi antara kedua belah pihak. Rencana pelebaran bisnis bank yang merupakan anggota indeks
Kompas100 ini, menurut Tiko sudah dipikirkan sejak tahun 2017 dan memang menjadi salah satu strategi bisnis perusahaan. Di samping itu, aba-aba dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mendorong bank besar untuk melakukan konsolidasi di tahun ini juga dinilai sebagai pemicu Bank Mandiri untuk membeli bank. Tak hanya Bank Mandiri, PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA, anggota indeks
Kompas100) juga memiliki rencana serupa. Merujuk pemberitaan Kontan (19/2) lalu Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menyebut pihaknya sudah sudah mendapatkan bakal calon bank yang dicaplok. Jahja mengisyaratkan bank yang akan diakuisisi masuk dalam kategori bank umum kelompok usaha (BUKU) I dengan modal inti di bawah Rp 1 triliun. Selain itu, bank bersandi bursa BBCA ini juga menyebut bank tersebut bukan perusahaan terbuka. Lebih lanjut, mengenai aksi korporasi yang telah digaungkan sejak tahun lalu ini, Jahja mengatakan pihaknya sudah melakukan pembicaraan secara rutin dengan pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kini, BCA sedang menantikan hasil
due diligence serta harga jual bank tersebut. Menurutnya, proses akuisisi ini memang membutuhkan waktu yang lama lantaran ada banyak dokumen yang perlu dilengkapi serta ada beberapa hal lain yang perlu diteliti. Misalnya, terkait dengan kantor cabang, izin perbankan, nasabah dan lain-lain. Secara terpisah, Kepala Eksekutif Perbankan OJK Heru Kristiyana bilang kalau rencana tersebut sudah mendekati tahap akhir. Meski tidak mengkonfirmasi, Heru sempat menyebutkan bakal calon nama bank yang akan diambil oleh BCA yang kerap ditanyakan yaitu PT Bank Royal Indonesia. Bila ditelusuri, Bank Royal memang sesuai dengan kriteria yang dilontarkan oleh BCA yakni bank BUKU I dan perusahaan non Tbk. Pasalnya merujuk laporan keuangan kuartal III 2018, Bank Royal memiliki total modal inti dan modal pelengkap sebesar Rp 336,42 miliar alias masuk dalam ketegori BUKU I. Sementara untuk modal inti (tier I) tercatat sebesar Rp 330,01 miliar per akhir 2018 lalu. Namun, hingga saat ini Manajemen BCA belum mengumumkan nama bakal calon bank yang tengah disasar tersebut. Rencananya, bank yang akan dicaplok ini akan dijadikan sebagai salah satu pelengkap layanan perbankan perseroan. Setali tiga uang, PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI, anggota indeks
Kompas100) pun punya rencana untuk mengakuisisi lembaga jasa keuangan yang direncanakan terlaksana tahun ini. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta awal tahun lalu (23/1). Bank berlogo 46 ini bahkan sudah menyiapkan sekitar Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun yang bakal dipakai untuk ekspansi anorganik tahun ini termasuk di dalamnya penguatan modal anak usaha.
Herry menyebut alasan BNI untuk mengakuisisi bank adalah untuk memperkuat bisnis perusahaan di sektor perbankan digital. Lebih lanjut, bank berlogo 46 ini juga mengisyaratkan bisa saja proses akuisisi tersebut dilakukan tidak melalui BNI alias lewat anak usaha yang serupa. Nah, merujuk artikel Kontan.co.id (14/2) lalu anak usaha BNI yakni PT Bank BNI Syariah melalui Direktur Dhias Widhiyati mengamini kalau memang ada obrolan dari induk terkait akuisisi bank yang dilakukan melalui BNI Syariah. Namun, pihak manajemen BNI Syariah belum mau merinci secara detail obrolan tersebut. "Doakan saja, kita sedang menuju kesana (lewat BNI Syariah). Lihat saja, masih intensif pembicaraanya," pungkas Dhias beberapa waktu lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi