Tiga bank BUMN menyiapkan rangkaian akuisisi



JAKARTA. Bank-bank berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ingin melakukan pertumbuhan anorganik pada tahun ini, dengan mengakuisisi bank lain atau lembaga keuangan non-bank. Bank pelat merah tersebut yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank BNI Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Beberapa di antara mereka akan meminta persetujuan pemegang saham pada rapat umum pemegang saham (RUPS) sekitar April-Mei 2012 mendatang.

BRI tengah menjajaki pembelian perusahaan yang bergerak pada bidang keuangan, bisa bank ataupun non-bank. Menurut Achmad Baiquni, Direktur Keuangan BRI, kriteria perusahaan yang akan diakuisisi berkaitan dengan inti bisnis perseroan, yakni kredit mikro. Selain itu, harganya cocok dan memiliki kinerja baik.

Saat ini BRI memang telah memiliki Bank Agroniaga (Bank Agro), anak usaha yang menyasar kredit mikro di sektor agribisnis. Namun, bukan masalah besar jika BRI memiliki satu bank lagi dengan spesialisasi yang sama.


Bisa saja anak usaha tersebut disatukan (merger), sehingga bank terhindar dari aturan single presence policy atau kebijakan kepemilikan tunggal. Beleid ini melarang bank memiliki dua bank sebagai anak usaha, kecuali bank syariah. "Kalau pasar bagus dan mampu memberikan kontribusi laba, kenapa enggak kami incar," kata Baiquni.

Sofyan Basir, Direktur Utama BRI menambahkan, BRI akan mengakuisisi perusahaan sekuritas pada kuartal II-2012. BRI telah menyiapkan dana Rp 300 miliar. Manajemen akan melakukan RUPS untuk meminta persetujuan pemegang saham.

Sementara Bank Mandiri telah memasukkan rencana akuisisi dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2012. Bank yang diincar adalah bank kelas menengah yang memiliki aset di atas Rp 10 triliun. Pahala Nugraha Mansury, Direktur Strategi dan Keuangan Bank Mandiri mengatakan, pihaknya telah menyiapkan dana khusus untuk pertumbuhan anorganik.

Bank pelat merah terbesar ini memiliki permodalan yang kuat, sehingga memungkinkan untuk tumbuh anorganik. Pasca rights issue atau penerbitan saham baru awal 2011 lalu, rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) sebesar 16%. "Kondisi likuiditas di atas Rp 30 triliun dan aset kami cukup likuid," tuturnya.

Sebagai perusahaan yang melantai di bursa, manajemen Bank Mandiri tentu menolak menyebutkan bank yang akan diincar. Mandiri mengklarifikasi sejumlah nama bank incaran yang terlanjur beredar di pasar. Santer terdengar, Bank Victoria dan Bank Saudara masuk dalam radar. Yang terakhir ini membutuhkan investor baru sebagai antisipasi terbitnya aturan kepemilikan saham bank. Mayoritas saham Bank Saudara dikuasai keluarga taipan Arifin Panigoro.

BNI termotivasi membeli bank karena ingin terjun ke bisnis mikro. Selama ini BNI lebih banyak bermain di segmen korporasi. Bank berlogo angka 46 ini membutuhkan kendaraan lain masuk ke kredit bermargin tinggi tersebut.

Sebagian besar kredit BNI mengalir ke sektor kelistrikan. Porsinya mencapai 45,3%.Selanjutnya, sektor migas dan pertambangan dengan kontribusi sebesar 42,3%. Sedangkan sektor agribisnis dan perdagangan masing-masing menyerap 6,4% dan 9%.

Gatot M Suwondo, Direktur Utama BNI pernah mengatakan, pihaknya mengincar bank yang memiliki aset Rp 1 triliun-Rp 2 triliun. Kajian akuisisi sedang berlangsung dan diharapkan selesai dalam waktu dekat.

Kajian itu akan menganalisa potensi kredit mikro dari semua sisi, termasuk biaya yang mesti dikeluarkan bank dan peluang bisnis yang kelak bisa dimaksimalkan. "Kami memang tertarik masuk ke mikro. Tapi kami juga ingat, biaya operasionalnya besar lantaran akses menjadi kunci utama bisnis mikro," ucap Gatot.

Ranah mikro sebenarnya bukan barang baru bagi BNI. Selama dua tahun terakhir, bank ini agresif membangun Kampoeng BNI di banyak daerah. Program tersebut bagian dari kegiatan sosial bank ini dalam memajukan usaha mikro. Tapi, bisa saja kelak dikomersialkan. Seperti halnya Bank Mandiri, BNI memiliki kecukupan likuiditas untuk tumbuh secara anorganik. Akhir September 2011, CAR berada di level 16,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: