Tiga bank BUMN siap tancapkan kuku di ASEAN



JAKARTA. Langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan negoisasi dengan otoritas negara-negara ASEAN di sektor keuangan bak gayung bersambut.

Kendati masih dalam pembahasan, semangat bank-bank Tanah Air untuk berekspansi ke negara-negara ASEAN kembali bangkit.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, salah satunya yang dikabarkan tengah memproses izin untuk membuka kantor cabang di Myanmar.


"Kami buka di Myanmar untuk mendukung bisnis perusahaan pelat merah di sana, dalam hal pembiayaan dan lain sebagainya," tutur Imam Budi Sarjito, Direktur BNI, kemarin.

Bank pelat merah lainnya yang dikabarkan tengah mengupayakan pembukaan kantor cabang di luar negeri adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Belum lama ini, Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri mengakui hal tersebut.

Ia mengklaim, saat ini, Bank Mandiri telah memiliki 6 - 8 kantor di Negeri Jiran.

Namun, bentuknya masih subsidiaries business.

"Kami mau diberlakukan sebagai bank lokal di Malaysia. Kapan? Kami ikut OJK saja," katanya singkat.

Rencana Bank Mandiri untuk menancapkan kukunya di Malaysia bukan tanpa kendala.

Negoisasi OJK dengan Bank Negara Malaysia pun masih berjalan, sebagai tindak lanjut nota kesepahaman di antara otoritas keuangan kedua negara.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tak mau ketinggalan.

Selain berniat membuka kembali kantor cabangnya di Timor Leste, perseroan juga mengincar untuk menancapkan kuku di negara-negara ASEAN lainnya.

"Kantor cabang yang lama kan sudah diserahkan. Nah, kami mau buka baru. Satu per satu. Dari sisi kemudahan, kami akan buka terlebih dahulu di Singapura, kemudian Timor Leste tahun depan. Vietnam dan Myanmar menyusul dan seterusnya," ujar Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI kepada KONTAN, Rabu (14/10).

Menurut dia, keinginan untuk membuka kantor cabang BRI di Singapura karena ceruk pasarnya yang menggiurkan dan kemudahan dari sisi persyaratan perizinan.

"Upaya OJK menegoisasi ini sangat membantu. Namun, kami akan mulai dari negara yang sudah ada pasarnya dan mudah terlebih dahulu," imbuh dia.

Sebelumnya, Mulya E Siregar, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK menyebutkan, wasit industri keuangan Tanah Air tengah melakukan negoisasi ke sembilan negara-negara ASEAN terkait persiapan Masyarakat Ekonomi ASEAN dan penetrasi pasar perbankan nasional di ASEAN.

Negosiasi dilakukan antara lain di Singapura, Malaysia, Myanmar, Vietnam, Kamboja.

"Kita sudah kalah 3:0 di Singapura dan Malaysia. Kita tidak perlu menunggu tahun 2020 untuk bisa masuk ke negara-negara ASEAN," tegas Mulya.

OJK sendiri mendorong implementasi Asean Banking Integration Framework (ABIF).

ABIF adalah inisiatif dalam kerangka MEA yang bertujuan menciptakan mekanisme liberalisasi dan integrasi dan mempercepat liberalisasi perbankan melalui pemberian akses pasar dan keleluasan dalam beroperasi di negara anggota ASEAN.

"Yang jelas dengan Malaysia sudah mau, kami juga sudah mau. Lalu, dengan Singapura sedang kami sepakati poin-poinnya. Nanti kalau sudah beres akan kami umumkan segera. Semoga bisa tahun ini," pungkas Muliaman D Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto