KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini, perkembangan teknologi perbankan digital sudah menjadi keharusan. Apalagi, dengan adanya pandemi Covid-19, kebutuhan akan layanan perbankan digital pun kian dipercepat. Fenomena ini walhasil membuat banyak bank berlomba memperkuat layanan digital. Tapi bukan hanya bank besar saja, bank kecil yang didukung oleh investor kelas kakap pun juga lakukan hal serupa. Tren baru ini pun sudah diendus Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak lama. Untuk mendukung inovasi itu, OJK juga sedang menggodok aturan baru sebagai payung hukum bank digital kelak. Salah satu bank yang serius menggarap potensi ini adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui anak usahanya PT Bank BCA Digital. Bank yang dulu bernama PT Bank Royal Indonesia ini memang sengaja dibeli Bank BCA untuk menggarap secara spesifik kebutuhan pasar akan bank digital.
Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menjelaskan Bank Digital BCA bertajuk BCA Digital ini rencananya akan diluncurkan tahun ini. Lewat aplikasi super canggih ini, BCA Digital akan menggarap seluruh segmen tanpa membatasi usia kelompok tertentu. "Tidak anya untuk milenial, BCA Digital juga hadir bagi masyarakat yang sudah terbiasa dan lebih memilih bertransaksi dengan teknologi digital (Digital Savvy)," terangnya kepada Kontan.co.id, Kamis (14/1). Vera juga menambahkan, untuk fase awal peluncuran, BCA Digital akan fokus pada funding service terlebih dahulu yang akan memfasilitasi berbagai transaksi perbankan digital melalui aplikasi digital berbasis smartphone, sekaligus meningkatkan jumlah customer base perusahaan. Akan tetapi, nantinya BCA Digital juga bakal menyalurkan kredit ke masyarakat. Khususnya menyasar pada segmen individual, individual bisnis, UMKM dan juga ritel. Tapi BCA Digital tidak sendirian, calon pesaingnya yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO) juga digaungkan bakal menggarap segmen yang serupa. Apalagi, Bank Jago kini telah mendapat investor kuat yaitu Go-Jek penyedia aplikasi layanan on-demand dan pembayaran yang punya nama besar di Tanah Air.
Baca Juga: Bank BNI dan BTN banyak menutup kantor cabang, ini alasannya Investasi ini menjadikan Gojek sebagai pemegang 22% saham Bank Jago. Namun transaksi ini tidak mengubah pengendalian saham di Bank Jago.Kolaborasi ini juga membuka potensi kerjasama dengan berbagai institusi keuangan dan perbankan lain untuk mendukung mereka menjangkau lebih banyak konsumen. Tujuan utama dari kolaborasi strategis ini adalah menyediakan layanan perbankan digital melalui platform Gojek, sehingga jutaan pelanggan Gojek dapat membuka rekening Bank Jago dan mengelola keuangan lebih mudah lewat aplikasi Gojek.
Kharim Siregar, Direktur Utama Bank Jago, mengatakan, kerjasama ini akan saling melengkapi karena Bank Jago memiliki pengalaman dalam memahami kebutuhan finansial masyarakat Indonesia. "Sebagai bank berbasis teknologi yang dirancang khusus dengan sistem API terbuka, kami juga akan bekerja sama dengan pemain-pemain ekosistem digital lain untuk memperluas akses keuangan," katanya belum lama ini Di samping dua bank itu, baru-baru ini juga ada aksi korporasi dari PT Bank Net Indonesia Syariah yang bersiap untuk melantai di bursa pada bulan depan. Direktur PT Bank Net Indonesia Syariah Basuki Hidayat mengatakan, proses bookbuilding dilakukan mulai tanggal 11 Januari 2021 sampai 18 Januari 2021. Nah, seluruh dana hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja perseroan. “Keseluruhan dana hasil IPO akan digunakan oleh perseroan untuk modal kerja seperti biaya pemeliharaan IT dan penunjangnya dan modal kerja lainnya, hal ini sejalan dengan rencana strategis bank yang akan bertransformasi menjadi bank digital,” ujarnya, Selasa (12/1) lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .