JAKARTA. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yakni PT Perkebunan Nusantara (PTPN II), PTPN IX dan PT Rajawali Nusantara Indonesia tahun ini mengajukan impor
raw sugar atau gula mentah seberat 500.000 ton. Gula ini untuk diolah menjadi gula kristal putih. Aris Toharisman, Kepala Bidang Usaha dan Kerjasama Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) mengatakan, izin impor dari ketiga perusahaan itu adalah untuk meningkatkan operasional pabrik. "Selain itu, izin impor
raw sugar dimanfaatkan untuk mengisi kekosongan pasokan di wilayah perbatasan," ujar Aris, Kamis (31/1) lalu. Secara rinci, PTPN II mengajukan impor
raw sugar seberat 100.000 ton, PTPN IX sebanyak 100.000 ton dan RNI seberat 300.000 ton. Pengajuan impor
raw sugar ini diluar kuota impor gula yang diberikan pemerintah.
Izin impor yang diajukan perusahaan-perusahaan tersebut juga berhubungan dengan utilitas pabrik yang dimiliki. Seperti diketahui, perusahaan BUMN seperti PTPN II dan PTPN IX mengalami penyusutan luas lahan tebu sehingga produksinya menurun. P3GI tak mempermasalahkan pengajuan impor dari ketiga perusahaan itu. Pasalnya, izin impor itu akan bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan negara demi meningkatkan kinerja produksi maupun keuangan. Lagi pula, Aris bilang produksi gula dalam negeri tidak menunjukkan tren peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun lalu, produksi gula nasional mencapai 2,59 juta ton, dan produksi selama 2013 diperkirakan cenderung stagnan akibat curah hujan yang tinggi di awal tahun. Direktur Utama RNI, Ismed Hasan Putro, mengatakan apabila pemerintah menerbitkan izin impor
raw sugar tersebut, maka efektivitas mesin menjadi lebih optimal. "Paling tidak, kami bisa menambah waktu giling sebanyak 60 hari hingga 90 hari," tandas dia. Dengan tambahan izin alokasi impor
raw sugar, manajemen RNI berniat menggunakan keuntungan dari produksi gula itu untuk merevitalisasi pabrik gula yang mereka miliki. Agar tidak mendistorsi pasar, waktu penggilingan
raw sugar kemungkinan dilakukan di luar musim giling reguler, yakni selama 120 hari yang jatuh pada Juni-Oktober. Hingga akhir musim giling tahun lalu yang jatuh pada November 2012, produksi gula RNI dari perkebunan tebu pribadi mencapai 168.000 ton, tumbuh 12% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang seberat 150.000 ton. Rata-rata rendemen tebu dari pabrik gula yang berada di bawah pengelolaan RNI tahun lalu mencapai 8%, lebih tinggi dibandingkan realisasi 2011 yang masih berkisar 7%.
Ketua Dewan Pengurus Pusat Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi), Subiyono, mengatakan produksi gula dalam negeri saat ini masih belum memuaskan dan jauh dari ideal. "Kalau dikelola dengan baik, dengan pabrik gula yang ada tidak menutup kemungkinan kita sudah dapat swasembada," kata Subiyono. Dia menghitung, dari sebanyak 62 pabrik gula di Indonesia berkapasitas total 205.000
tone cane per day (tcd), seharusnya produksi gula mencapai 3.150.000 ton. Pada tahun lalu, produksi gula masih 2.569.680,79 ton. Dari total pabrik gula yang beroperasi, sebanyak 51 pabrik gula berada di bawah kendali BUMN. Dengan kapasitas sebesar 1.307.000 tcd, maka produksi gula BUMN secara ideal mencapai 1.900.000 ton, sedangkan tahun lalu masih 1.560.000 ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro