Tiga calon emiten akan IPO, sektor mana yang paling menarik?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada September 2019 sudah tercatat ada tiga calon emiten dari berbagai sektor yang akan mencatatkan saham perdananya atau Initial Public Offering (IPO). Tiga sektor itu adalah manufaktur, properti, dan industri dasar.

Ketiga calon emiten itu adalah PT Gunung Raja Paksi Tbk yang bergerak di produsen besi dan baja, PT Nusantara Almazia Tbk perusahaan developer dan properti. Kemudian PT Trinitan Metals and Mineral Tbk.

Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan dari beberapa sektor yang akan IPO tersebut lebih menarik sektor properti. Sebab PT Nusantara Almazia adalah perusahaan developer yang salah satu proyeknya menyasar masyarakat menengah ke bawah.


"Produk dari perusahaan Nusantara Almazia yang membangun perumahan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menarik karena berbeda dengan emiten properti saat ini yang banyak menyasar pasar menengah ke atas," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (3/9).

Ditambah lagi pemerintah lagi gencar-gencarnya menurunkan angka backlog atau kesenjangan antara rumah yang dibangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat. 

Baca Juga: Nusantara Almazia proyeksikan penjualan tumbuh lebih dari 100% di 2020

Selain itu, sektor properti termasuk yang juga diminati di tengah sentimen penurunan suku bunga sehingga akan ada dampak ketika Kredit Pemilikan Rumah (KPR) akan diturunkan.

Selain itu, Nusantara Almazia tidak hanya menyasar perumahan menengah ke bawah tapi juga menyasar menengah ke atas dengan proyek Apartemen Poris 88 di kawasan Tangerang.  Wawan bilang, diversifikasi usaha dan rencana proyek yang menghasilkan recurring income pada dua sampai lima tahun mendatang akan menguatkan bisnisnya ke depan.

Menurut Wawan, sektor properti masuk dalam tiga sektor yang akan diuntungkan di paruh kedua tahun ini hingga 2020 nanti karena baru terasa efek dari tren penurunan suku bunga.

Kendati demikian, Wawan tetap mengingatkan meskipun sektornya baik, investor juga perlu mencermati fundamental dan manajemen perusahaannya. Selama periode tiga tahun ke belakang, tercatat penjualan neto Nusantara Almazia terus turun begitu juga dengan labanya. 

Namun setelah pencatatan perdana sahamnya nanti, Nusantara Alamazia menargetkan bisa memperbaiki kinerja keuangannya karena ada beberapa proyek recurring income serta proyek perumahan yang akan rampung.

Baca Juga: Trinitan Metals and Mineral patok harga IPO Rp 270-Rp 300 per saham

Untuk sektor lainnya seperti metal, Wawan menilai memang saat ini kena sentimen positif dari mobil listrik. Tapi bagi perusahaan PT Trinitans Metal and Mineral Tbk, baru akan masuk ke produksi nikel pada 3 tahun-5 tahun mendatang.

Analis Artha Sekuritas Frederick Rasali menyatakan sektor nikel sebenarnya masih menarik karena permintaan secara global masih tinggi.

"Hanya saja akan lebih menarik apabila sudah produksi dan sudah jualan karena cashflow-nya lebih jelas," jelasnya.

Untuk sektor ini, investor bisa mencermati jika teknis rencana Indonesia melarang ekspor nikel sudah jelas.

Sedangkan untuk calon emiten PT Gunung Raja Paksi Tbk yang fokus produksi baja dan besi, menurut Wawan melihat sektornya hingga saat ini masih tertekan karena banyak produk besi dari China yang masuk ke Indonesia sehingga bisnisnya masih menghadapi banyak tantangan pada sisa tahun ini. Wawan menilai kedua emiten ini masih belum menarik.

Frederick juga melihat industri baja masih sangat menantang karena China memproduksi besi cukup banyak dan dengan adanya perang dagang ini, maka ada kemungkinan China menjual murah besi bajanya ke negara lain termasuk ke Indonesia.

Baca Juga: PT Gunung Raja Paksi tawarkan harga IPO Rp 825-Rp 900 per saham

Walaupun begitu, Wawan bilang selama ini saham yang baru IPO cukup sukses meningkatkan valuasinya di bulan pertama. Terbukti 75% lebih  emiten yang baru IPO mencatatkan minat investor masih cukup tinggi. Jadi silahkan saja, investor jangka pendek untuk masuk ke saham-saham ini untuk mengambil cuan di bulan pertama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi