Tiga calon indeks baru BEI, menarikkah bagi pasar reksadana?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mempersiapkan tiga indeks saham baru yang direncanakan meluncur di bulan ini. Ketiga indeks tersebut adalah indeks Badan Usaha Milik Negara (BUMN), indeks dividen dan indeks syariah.

Indeks saham BUMN nantinya akan diisi 20 saham baik dari perusahaan BUMN atau anak usaha BUMN. Sementara, saham yang layak masuk dalam 30 emiten daftar indeks dividen adalah saham yang mampu memenuhi kriteria dividend payout ratio, frekuensi pembagian dividen dan tingkat likuiditas saham yang dipersayaratkan BEI.

Terakhir, bursa juga berencana untuk menambah indeks syariah baru. Nantinya, selain Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), akan ada satu indeks syariah lagi yang berisi 70 saham dari perluasan dari indeks JII.


Senior Research Analyst Infovesta Utama Praska Putrantyo mengatakan, penambahan indeks saham acuan bermanfaat untuk menambah sumber referensi para manajer investasi dalam membentuk portofolio baru untuk reksadana baru.

Menurutnya, indeks acuan tersebut bisa mengembangkan industri reksadana ETF atau indeks. "Jadi menarik bila indeks acuan tersebut merujuk pada sektor tertentu sehingga dari jumlah emiten yang masuk juga tidak terlalu banyak seperti indeks LQ45," kata Praska, Senin (9/4).

Praska mengharapkan indeks saham acuan baru tersebut bisa lebih atraktif dibanding dari indeks saham yang selama ini ada. "Indeks acuan yang atraktif tidak beririsan isi sahamnya bisa jadi acuan pengelola aset untuk jadi acuan baru dalam pengelolaan portofolionya," kata Praska.

Dari indeks saham acuan baru, indeks saham BUMN dan dividen Praska lihat lebih menarik untuk dijadikan portofolio dalam reksadana tematik. Kinerja reksadana tematik sangat tergantung pada sektor saham yang dijadikan acuan dan tergantung dari siklus industri terkait.

"Jangka panjang kinerja reksadana tematik berpotensi berkinerja maksimal sesuai dengan sektor acuannya dan investor harus sadar masa tren bullish tiap sektor berbeda-beda," kata Praska.

Oleh karena itu, diversifikasi portofolio investasi harus dilakukan dan dengan adanya indeka saham acuan baru bisa menambah alternatif diversifikasi investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia